Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Myanmar, Negara dengan Perang Saudara Terlama di Dunia

Kompas.com - 31/03/2021, 15:17 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Kelompok tersebut menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan pemerintah pada 1989, tahun yang sama ketika didirikan, yang berlangsung selama dua dekade hingga 2009.

Kekerasan meletus lagi pada 2015, ketika MNDAA berusaha untuk merebut kembali wilayah yang telah hilang pada 2009. MNDAA bentrok dengan Tatmadaw pada 2017.

Baca juga: Anak Ini Menangisi Temannya yang Ditembak Mati Aparat Myanmar

TNLA

Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA) awalnya bernama Organisasi Pembebasan Negara/Tentara Palaung (PSLO/A) di Negara Bagian Shan.

PSLO/A lantas menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan pemerintah pada 1991 dan dilucuti pada 2005.

Setelah PSLO/A dibubarkan, para pemimpin Ta'ang (Palaung) Tar Aik Bong dan Tar Bone Kyaw mendirikan TNLA bersama PSLF untuk terus berjuang untuk nasib orang-orang Ta'ang.

Baca juga: Serangan Sampah Pengunjuk Rasa Myanmar Jadi Taktik Baru Lawan Junta Militer

Kekhawatiran perang saudara berskala besar

Terbaru, tiga kelompok etnik bersenjata di Myanmar menyatakan bersedia bergabung dengan seluruh kelompok etnik untuk memerangi junta militer.

Hal itu memicu kekhawatiran akan potensi meletusnya perang saudara berskala besar di Myanmar.

Sebagaimana diketahui, Tatmadaw kembali melakukan kudeta setelah menahan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi pada 1 Februari yang memicu demonstrasi yang masih terus berlangsung.

Ketiga kelompok etnik bersenjata tersebut adalah AA, MNDAA, dan TNLA. Ketiganya membentuk aliansi yang dinamakan Brotherhood Alliance sebagaimana dilansir The Irrawaddy, Selasa (30/3/2021).

Baca juga: Pimpinan Junta Militer Myanmar Gelar Pesta Mewah pada Hari Paling Berdarah sejak Kudeta

Brotherhood Alliance menyatakan, pihaknya siap bergabung dengan seluruh kelompok etnik jika pembunuhan brutal terhadap demonstran anti-kudeta terus berlanjut.

Sebelum kudeta Myanmar, Brotherhood Alliance telah merundingkan perjanjian antara setiap anggotanya dan militer untuk menghentikan pertempuran.

Mereka mengumumkan gencatan senjata sepihak untuk mendukung negosiasi. Setelah kudeta militer, mereka memperpanjang gencatan senjata sepihak hingga 31 Maret.

Namun kini, Juru bicara TNLA Mayor Mai Aik Kyaw menyatakan bahwa Brotherhood Alliance sedang mempertimbangkan untuk mengakhiri gencatan senjata sepihak.

Baca juga: AS Jatuhkan Sanksi Ekonomi kepada Myanmar Setelah Lebih dari 100 Orang Tewas dalam Sehari

Di sisi lain, KIA terus melancarkan serangan terhadap militer dan polisi di Negara Bagian Kachin dan Negara Bagian Shan sejak 11 Maret.

KIA menyatakan, serangan tersebut dilancarkan demi mereka mendukung rakyat melawan junta militer dan kudeta.

Tindakan itu dilakukan setelah dua warga sipil ditembak mati pasukan keamanan Myanmar di ibu kota Negara Bagian Kachin, Myitkyina, pada 8 Maret.

Baru-baru ini, Brigade Kelima dari KNLA menyerbu pangkalan Tatmadaw di distrik Papun, Negara Bagian Karen.

KNLA dan beberapa kelompok etnik bersenjata lainnya juga menolak undangan rezim untuk menghadiri Hari Angkatan Bersenjata pada Sabtu (27/3/2021).

Baca juga: Thailand Paksa Mundur Pengungsi yang Kabur dari Serangan Udara Myanmar

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com