Mengutip Kompas.com pada 17 November 2018, setelah menaklukkan Mesir pada 1798 Napoleon Bonaparte mengirim tim surveyor dan secara pribadi untuk meneliti Tanah Genting Suez, kemudian membangun kanal dari Laut Merah ke Laut Tengah.
Perancis kemudian membuat studi lanjutan terkait pembangunan kanal ini dan pada 1854 Ferdinand de Lesseps, mantan konsul Perancis di Kairo, membuat kesepakatan dengan gubernur Ottoman di Mesir untuk membangun sebuah kanal.
Sejarah Terusan Suez diwarnai oleh kerja paksa orang miskin dengan upah minimal dan ancaman kekerasan saat membuatnya.
Dimulai pada akhir 1861, puluhan ribu petani menggali bagian awal kanal dengan tangan dan peralatan seadanya.
Perkembangan sangat lambat dan memakan banyak korban. Dihadapkan dengan kekurangan pekerja yang kritis, Ferdinand de Lesseps dan Perusahaan Saluran Terusan Suez mengubah strategi mereka dengan menggunakan beberapa kapal keruk bertenaga uap dan bertenaga batubara.
Teknologi baru mempercepat pembangunan Terusan Suez, dan perusahaan itu terus membuat kemajuan pesat selama dua tahun terakhir konstruksi.
Baca juga: Evakuasi Kapal Ever Given Gagal pada Hari Keempat Terusan Suez Macet
Ketika Terusan Suez hampir selesai pada 1869, pematung Perancis Frédéric-Auguste Bartholdi mencoba meyakinkan Ferdinand de Lesseps dan Pemerintah Mesir agar dia bisa membangun patung yang rencananya ditempakan di "pintu masuk" kanal itu.
Terinspirasi oleh Colossus of Rhodes, Bartholdi membayangkan patung setinggi 27 meter sebagai seorang wanita yang menggunakan jubah petani ala Mesir dan memegang obor besar.
Fungsinya adalah sebagai mercusuar memandu kapal menuju ke kanal. Namun, karena terkendala suatu hal, proyek ini tidak pernah terwujud.
Bartholdi terus merealisasikan idenya untuk patungnya. Pada 1886 ia akhirnya meluncurkan versi lengkapnya di New York Harbor.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.