Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Australia Tak Pakai Vaksin Covid-19 Buatan China, Ini Alasannya

Kompas.com - 26/03/2021, 20:36 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

"Kecurigaan utama para ilmuwan tentang vaksin China didasarkan pada alasan belum adanya publikasi data dalam jurnal peer-review. Meskipun vaksin Johnson & Johnson juga begitu, namun cepat disetujui oleh AS," katanya.

Sejauh ini, kata Prof Mike, vaksin Pfizer telah mempublikasikan datanya dalam jurnal peer-review, begitu pula vaksin buatan Rusia Sputnik V.

AstraZeneca telah menerbitkan hasil uji coba vaksin di Inggris - dengan efikasi 62 persen - tetapi hasil uji coba di AS belum diumumkan.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO belum memutuskan apakah akan menerima 10 juta dosis vaksin dari China untuk skema COVAX, yang memberikan vaksin untuk negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah.

Baca juga: AS Limpahkan 2,7 Juta Vaksin AstraZeneca Tak Terpakai ke Meksiko

Mengapa Australia tak gunakan vaksin China?

Ketika ditanya mengapa tak berusaha memperoleh vaksin dari China, Departemen Kesehatan Australia memberikan jawaban tidak langsung.

Dikatakan, investasi Australia dalam vaksin Covid-19 didorong oleh "pendapat ilmiah berbasis bukti dari para pakar medis".

"Badan Pengawas Obat-obatan hanya akan mendaftarkan vaksin jika manfaatnya jauh lebih besar daripada risikonya," kata pernyataan Depkes.

"Keputusan ini didasarkan pada sejumlah faktor, termasuk keamanan, kualitas dan efektivitas vaksin telah ditetapkan layak untuk penggunaan yang dimaksudkan," katanya.

Baca juga: [HOAKS] Tidak Boleh Makan Tape Singkong Setelah Disuntik Vaksin Covid-19

Tanggapan soal vaksin China di negara penerima

Carolina, seorang perawat berusia 26 tahun di Santiago, Chile, termasuk penerima pertama suntikan vaksin Sinovac pada 3 Februari dan menerima suntikan kedua pada 3 Maret.

Dia menyebut terjadi penurunan kasus Covid-19 dengan gejala parah dibandingkan tahun lalu, tapi masih terlalu dini untuk menghubungkannya dengan vaksin.

Banyak orang di Chile belum divaksinasi atau menerima suntikan kedua.

"Kami tidak bisa mengharapkan efeknya segera atau melihat penurunan jumlah kasus hanya dalam sebulan," katanya. "Prosesnya akan lama dan lambat."

Carolina mengatakan banyak yang awalnya ragu menggunakan vaksin Sinovac, tapi setelah vaksin tersedia, kebanyakan orang mau menerimanya.

"Ada sedikit ketidakpercayaan sehubungan dengan vaksin Sinovac, saya yakin preferensi mereka adalah Pfizer," katanya.

“Namun, kami hanya mendapatkan sedikit dari vaksin Pfizer ini, sehingga orang tidak punya pilihan lain kecuali Sinovac," ujar Carolina.

"Orang tidak terlalu peduli vaksin mana yang akan didapatkan. Mereka bersedia divaksinasi dengan baik, selama mereka tidak sakit parah," tambahnya.

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Lansia di Jakbar Capai 39,77 Persen, 79.218 Warga Disuntik Vaksin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com