China juga, katanya, memiliki kesempatan untuk meningkatkan pengaruhnya secara global dengan menyediakan vaksinnya ke negara-negara yang kurang kaya.
"Jika vaksinnya tidak efektif, maka itu akan merusak citra dan reputasi China dan tidak membantu mencapai tujuan soft powernya," ujar Dr Minglu.
Baca juga: Afrika Selatan Jual Satu Juta Vaksin AstraZeneca Tak Terpakai ke Uni Afrika
Pakar epidemiologi Burnet Institute, Prof Mike Toole, mengatakan perlu diingat bahwa dua vaksin China, yang diproduksi oleh Sinopharm dan Sinovac, sangat bervariasi dalam tingkat efikasi atau kemanjuran yang dilaporkan.
Ketika Sinopharm meminta persetujuan dari otoritas kesehatan China, mereka mengklaim vaksinnya memiliki kemanjuran 79 persen.
Prof Mike menyebut hal ini didukung oleh uji coba di UEA yang melibatkan lebih dari 20.000 orang, dan uji coba yang lebih kecil di Bahrain.
Kedua uji coba menemukan vaksin Sinopharm memiliki kemanjuran 86 persen. "Itu cukup bagus," katanya.
Vaksin Pfizer mengumumkan efikasinya mencapai 95 persen.
Baca juga: Masalah Pembekuan Darah Vaksin AstraZeneca Masih Ada, Staf Rumah Sakit Denmark Alami Gejalanya
Prof Mike menyebut sangat sedikit yang diketahui tentang vaksin China lainnya, yang diproduksi oleh Sinovac.
Dia mengatakan uji coba terbatas di Brasil menemukan tingkat kemanjuran 51 persen, hanya sedikit di atas ambang batas WHO sebesar 50 persen.
Tetapi hasil itu mungkin dipengaruhi oleh varian virus corona di Brasil.
"Supaya adil bagi China, mereka jauh lebih berhati-hati dalam menyetujui vaksin dibandingkan dengan Rusia," ujarnya.
Reuters melaporkan uji coba di Turki menemukan vaksin Sinovac memiliki kemanjuran 83,5 persen.
Para peneliti Turki menyatakan sejauh ini tidak ada efek samping parah yang terjadi selama uji coba, selain yang dialami satu orang yang memiliki reaksi alergi.
Dikatakan pula, efek samping yang umum disebabkan oleh vaksin ini adalah demam, nyeri ringan dan sedikit kelelahan,.
Baca juga: Setelah 19 Hari Kerja Menteri Kesehatan Ekuador Mundur di Tengah Skandal Vaksin Covid-19
Prof MIke Toole menjelaskan uji coba di UEA tidak menemukan efek samping yang buruk dari vaksin Sinopharm.
"Saya bisa katakan vaksin Sinopharm mungkin bagus," kata Prof Mike.
Ia mengatakan tidak ada alasan badi UEA untuk berbohong soal uji coba ini.
"Ini negara kaya dan mereka bisa mendapatkan vaksin apapun yang diinginkannya. Saya mempercayai UEA dengan datanya," tambahnya.