Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Berdaya: Sejarah Revolusioner Wanita Pertama China, Qiu Jin, yang Mati Dipenggal

Kompas.com - 24/03/2021, 17:13 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Dia tidak membuang waktu untuk mendirikan majalah feminis radikal pertama di China, Jurnal Wanita China (Zhongguo nu bao), yang diterbitkan bersama penyair wanita lainnya.

Namun, majalah itu hanya berumur pendek, ditutup oleh otoritas China pada 1907.

Di majalah itu, ia berbicara soal tradisi-tradisi yang telah ia alami dan ia tentang, seperti perjodohan dan pengikatan kaki.

Dia juga bekerja sama dengan sepupunya Xu Xilin untuk membantu menyatukan kelompok aktivis radikal.

Xu adalah pendiri Sekolah Datong, yang seolah-olah merupakan pusat pelatihan bagi guru pendidikan jasmani, tetapi pada kenyataannya merupakan fasilitas perekrutan dan pelatihan bagi kaum muda revolusioner.

Baca juga: Perempuan Berdaya: Noor Inayat Khan, Mata-mata Bangsawan Muslim India yang Dibunuh Nazi

Qiu mengambil alih kepemimpinan sekolah pada 1907 dan segera mengetahui nasib Xu karena membunuh gubernur provinsi Manchu di Anhui.

Pada Juli 1907, Xu Xilin ditangkap oleh pihak berwenang sebelum pemberontakan terjadwal di Anqing.

Xilin disiksa dan mengaku melakukan banyak kejahatan yang dituduhkan padanya. Dia juga akan mengungkapkan nama rekan-rekannya termasuk Qiu Jin.

Qiu tahu bahwa waktunya telah habis juga, dan alih-alih melarikan diri, dia tetap di Shaoxing.

Enam hari kemudian, Jin ditangkap dan dikirim untuk mengaku. Jin menahan penyiksaan dan menolak untuk mengakui keterlibatan apa pun dalam pemberontakan yang direncanakan di Anqing.

Pihak berwenang kemudian menggunakan tulisan Jin sendiri sebagai tuduhan terhadapnya. Beberapa hari kemudian, dia dipenggal di depan umum di desa asalnya.

Dia berusia 31 tahun pada saat kematiannya.

Kejahatan resminya adalah menulis dua puisi yang menghasut. Dokumen yang ditemukan di rumahnya telah menyatakan bahwa dia adalah seorang nasionalis dan feminis revolusioner.

Qiu meninggalkan warisan feminisme revolusioner, yang belum pernah ada sebelumnya di China.

Dia juga meninggalkan portofolio puisi kecil, tapi mengesankan, yang berisi refrein, "Tubuhku tidak akan mengizinkanku bergaul dengan pria, tetapi hatiku jauh lebih berani dari pada pria."

Baca juga: Perempuan Berdaya: Harriet Tubman, Pembebas Perbudakan dan Mata-mata Brilian Kulit Hitam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com