Namun, tidak menutupi kepedihannya dalam hubungan pernikahannya, yang hancur pada akhirnya, ketika Wang Tingjun memilih untuk mengunjungi rumah bordir dari pada keluarganya sendiri.
China sendiri sedang mengalami transisi besar saat itu. Pada 1896, tahun pernikahan Jin adalah tahun ke-300 Dinasti Qing (Manchu). Banyak yang ingin melihat perubahan dan revolusi besar terjadi.
Pada 1903, Jin melakukan hal yang tidak terpikirkan. Dia meninggalkan suami dan 2 anaknya, Wang Yuand dan Wang Guifen.
Dia menjual perhiasannya, membeli tiket sekali jalan ke Tokyo, Jepang dan pindah sendiri ke negeri asing.
Dia mendaftar di sekolah praktik wanita, di mana dia berdiri terpisah dari teman-teman sekelasnya dengan pakaian pria Barat dan mengembangkan ketertarikannya pada permainan pedang.
Dia paling dikenal, bagaimanapun, karena keterlibatannya dalam perkumpulan rahasia anti-Manchu, seperti yang dipimpin oleh bapak China modern, Sun Yat-sen.
Baca juga: Perempuan Berdaya: 10 Wanita Dunia dengan IQ Tertinggi, Lampaui Albert Einstein
Di Jepang, dia bergabung dengan beberapa perkumpulan rahasia yang semuanya memiliki agenda yang sama, yaitu untuk menggulingkan pemerintah China dan pemulihan pemerintah Han.
Dia teguh dalam pendapatnya bahwa revolusioner tidak dapat terjadi sampai pria dan wanita setara.
Dia mengagumi Hua Mulan, seorang pahlawan wanita China terkenal yang diceritakan berpakaian seperti laki-laki untuk masuk militer.
Begitu terpikatnya Jin dengan Mulan, dia belajar seni bela diri dan mengenakan pakaian pria, sama seperti Mulan.
Dia juga mengenakan pedang dan menyebut dirinya "Jin Xiong" yang diterjemahkan sebagai "mampu bersaing dengan pria".
"Tubuhku tidak akan mengizinkanku bergaul dengan pria, tetapi hatiku jauh lebih berani dari pada pria," sepenggal syair yang ditulisnya menggambarkan tentang dirinya dan kekuatan patriarki.
Baca juga: Perempuan Berdaya: 10 Wanita Berpengaruh Korea Selatan dari Tokoh Sejarah hingga Idol Kpop
Saat gerakan revolusioner terjadi, para siswa yang tinggal di Jepang menyerukan tindakan yang dibagi dalam 2 jalur, yaitu kembali ke tanah air atau tetap berada di Jepang untuk mempersiapkan revolusi China.
Jin dengan tegas memilih untuk "pulang dan mengambil kendali". Pada 1906, bersama 2.000 siswa dari Jepang, Qiu Jin kembali ke tanah air mereka.
Ketika dia kembali ke China pada 1906, Jin telah berubah menjadi seorang pemimpin revolusioner yang tak kenal takut, terkenal dengan pemain pedang, dan keterampilan membuat bom, seperti yang dilansir dari History.