Baru pada 2009, dia menemukan peta kontemporer yang tidak hanya menunjukkan terowongan, tetapi juga dua jalur yang bertahan hingga hari ini.
Dengan hati-hati, dia mengukur sudut dan jarak dan tiba di tempat, yang sekarang hanya berupa hutan kecil yang tidak diketahui namanya.
"Saya merasakannya. Saya tahu sudah dekat. Saya tahu terowongan itu ada di suatu tempat di bawah kaki saya," kata Alain Malinowski kepada koran Le Monde.
Baca juga: Viral di TikTok Nenek Buyut 110 Tahun Bawakan Lagu Populer Era Perang Dunia I
Selama 10 tahun tidak ada yang terjadi. Alain sudah memberitahu pihak berwenang. Tapi tidak ada tindak lanjut. Mereka tidak berminat dengan kuburan massal peninggalan perang.
Hingga akhirnya penemuan ini dilanjutkan anak laki-lakinya, Pierre Malinowski. Pria 34 tahun ini adalah seorang mantan tentara yang pernah bekerja untuk Jean-Marie Le Pen.
Sekarang dia menjalankan sebuah yayasan di Moskwa. Lembaga itu didedikasikan untuk melacak korban perang dari era Napoleon dan era lainnya.
Marah dengan birokrasi berbelit-belit, Pierre berinisiatif membuka terowongan itu. Ini ilegal, tapi dia pikir itu sepadan dengan hukumannya.
Suatu malam di Januari tahun lalu, dia memimpin tim yang membawa alat penggali ke tempat yang diidentifikasi ayahnya.
Mereka menggali sejauh empat meter. Apa yang mereka temukan membuktikan bahwa ratusan tentara memang berada di pintu masuk terowongan.
Ada bel yang digunakan untuk membunyikan alarm; ratusan tabung masker gas; rel untuk mengangkut amunisi, dua pistol otomatis, senapan, bayonet dan dua jasad.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.