Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KISAH MISTERI] Menguak Teka-teki Terowongan Kematian Perang Dunia I

Kompas.com - 18/03/2021, 20:18 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

Sulit membayangkan Komisi Makam Perang Persemakmuran mengambil kebijakan serupa, jika mayat 270 tentara Inggris ditemukan.

Tapi kemudian Perang Dunia Pertama sering digambarkan di Jerman sebagai "perang yang terlupakan."

Baca juga: Setelah 76 Tahun, Veteran Perang Dunia II AS Jumpa Lagi dengan 3 Anak Kecil yang Nyaris Dibunuhnya

Masalah identifikasi

Faktanya, upaya sedang dilakukan untuk melacak keturunan mereka yang meninggal di terowongan. Beberapa berhasil ditemukan.

Resimen ke-111 merekrut orang-orang dari wilayah Baden di Pegunungan Alpen Swabia, dan sembilan tentara yang tewas pada tanggal 4 dan 5 Mei 1917 telah diidentifikasi.

"Jika saya dapat membantu satu keluarga untuk melacak leluhur yang meninggal di terowongan, itu akan sangat bermanfaat," kata Mark Beirnaert, seorang ahli silsilah dan peneliti Perang Besar.

Dia berharap mayat-mayat itu bisa dibawa keluar dan diidentifikasi dengan tanda pengenal mereka.

“Idealnya, mereka meninggalkan makam dingin yang menakutkan ini dan dikuburkan bersama sebagai prajurit."

Itulah yang terjadi pada lebih dari 400 tentara Jerman yang ditemukan pada 1973. Mereka tewas di terowongan serupa di Mont Cornillet timur Reims.

Pierre Malinowski juga berharap mereka diberi penghargaan yang layak.

"Mereka adalah petani, penata rambut, pegawai bank yang datang dengan sukarela untuk berperang dan kemudian mati dengan cara yang tidak dapat kita pahami," katanya.

Dia sangat cermat dalam menghormati jenazah manusia. Mayat yang dia temukan telah dikembalikan ke tanah. Dia tidak akan membiarkan mereka difoto.

Di samping solidaritas prajurit, baginya hal itu juga ada daya tariknya.

"Mayat-mayat itu akan diawetkan, sehingga menjadi seperti mumi, dengan kulit, rambut, dan seragam.

Menurutnya, patut diingat bahwa terowongan tersebut adalah tempat para tentara itu hidup dari hari ke hari. Jadi barang-barang keseharian mereka semua ada di situ.

Tiap serdadu punya cerita sendiri. Tempat itu akan menjadi penyimpanan jasad terbesar dari peninggalan Perang Dunia Pertama.

Baca juga: Pengadilan Korea Selatan Perintahkan Jepang untuk Beri Kompensasi kepada Budak Seks Perang Dunia II

Ancaman penjarahan

Pertanyaan mendesak yang muncul kemudian, apa yang harus dilakukan selanjutnya setelah penemuan jenazah ini?

Pemerintah kedua negara masih berdiskusi soal ini. Kemungkinan pertama jenazah segera diangkat dan dikuburkan di pemakaman perang Jerman.

Opsi lainnya adalah melakukan penggalian arkeologi skala besar di lokasi itu. Dengan tujuan untuk mempelajari lebih lanjut tentang perang dan kehidupan orang-orang di masa perang.

Namun waktunya kini semakin sempit. Jika lokasi terowongan secara teori masih dirahasiakan, maka rahasia itu telah dirahasiakan dengan buruk.

Masalahnya saat kedua sejarawan kembali mengunjungi tempat itu beberapa hari yang lalu, tampaknya penjarah baru saja berada di lokasi itu malam sebelumnya.

Sebuah lubang sedalam tiga meter digali di dekat pintu masuk. Koleksi artefak masa perang, kapak, sekop dan bekas-bekas proyektil, ditinggalkan menumpuk.

Ditemukan juga tulang hasta manusia, tulang lengan depan. Para penjarah sepertinya tidak berhasil masuk ke terowongan yang terletak lebih dalam.

Tetapi tidak ada yang meragukan penjahat itu akan kembali. Pasalnya diyakini, siapa pun yang masuk ke terowongan Winterberg terlebih dahulu, mereka akan menemukan harta karun.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com