Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Berdaya: 7 Legenda Wanita Bersejarah dalam Islam

Kompas.com - 18/03/2021, 01:26 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Apa yang dituliskan oleh Aisyah adalah perkataan dan tindakan religius Nabi Muhammad sehari-hari, meliputi berbagai topik, termasuk tentang warisan dan ziarah.

Setelah Nabi wafat, peran Aisyah dalam komunitas Islam meningkat.

Dia yang berperan menentang konstruksi patriarki yang berkembang dengan menyampaikan pidato publik.

Setelah kematian Utsman bin Affan, sahabat Rasulullah yang menjadi khalifah ketiga, Aisyah memimpin Perang Basra atau dikenal sebagai Perang Unta pada 656 Masehi.

Dia kalah dalam perang, tetapi menjadi tanda yang menonjol dalam warisannya, bahwa perempuan dapat berjuang menentang patriarki.

Upayanya adalah catatan penting secara historis tentang perjuangan dari perempuan berdaya.

Setelah kekalahannya di medan perang, dia kembali ke rumah dan mulai menerjemahkan hadis dan menyebarkan Islam.

4. Rabia al-Adawiyya

Lahir di Basra, Irak, Rabia adalah salah satu ulama dan penyair Muslim Sufi.

Di awal hidupnya, dia adalah seorang budak di Irak Selatan sampai dia mendapatkan kebebasannya.

Ide-idenya tentang spiritualitas dianggap paling penting dalam tradisi Sufi awal, dan dia dianggap sebagai salah satu pendiri tradisi "Cinta Ilahi".

Idenya berfokus pada cinta kepada Tuhan demi cinta itu sendiri, dari pada keluar dari ketakutan atau bantuan.

Dia memilih kehidupan pertapaan dari pada rumah tangga, saat dia menolak berbagai lamaran pernikahan.
Dia hidup dalam pengasingan, yang seringkali membawa kemiskinan, tapi keteguhan pertapaannya tidak memudar.

Banyak pria dan wanita sering mendekatinya, untuk meminta bimbingan spiritual, dan pengetahuannya tentang tradisi Sufi.

John Renard mencatat dalam Historical Dictionary of Sufism (2005), "Dia adalah salah satu dari sedikit wanita yang secara konsisten mendapat tempat dalam antologi hagiografi selama berabad-abad."

Baca juga: Perempuan Berdaya: Noor Inayat Khan, Mata-mata Bangsawan Muslim India yang Dibunuh Nazi

5. Lubndadari Cordoba

Lubna hidup pada abad ke-10 M, dan dibesarkan di istana Sultan Abd al-Rahman III.

Banyak bakat dan karya berbeda telah dikaitkan dengannya, tetapi tidak membanggakan kepopulerannya.

Dia bertanggung jawab atas perpustakaan Kerajaan di istana Andalusia, yang memiliki sekitar 500 ribu buku pada saat itu, dan merupakan salah satu perpustakaan terpenting di dunia.

Selama masa hidupnya, ia bekerja sebagai sekretaris Khalifah, sebagai juru tulis, dan kemudian sebagai sekretaris pribadi putra Abd Al-Rahman Hakam II Ibn Abdur-Rahman.

Namun, pengetahuan dan keahliannya tidak terbatas pada menulis dan menerjemahkan, tetapi dia juga seorang ahli matematika dan dikenal telah mengajarkan persamaan matematika kepada anak-anak jalanan.

Selain itu, dia juga seorang penyair dan penulis kaligrafi.

Banyak yang tidak diketahui tentang Lubna karena hanya ada sedikit catatan sejarah tentangnya. Justru, dulu yang ada sering dipertanyakan keandalan dan kredibilitasnya.

Seringkali dikemukakan bahwa Luban mungkin bukan satu orang, melainkan 2 wanita berbeda bernama Lubna dan Fatima, yang secara kolektif memiliki bakat-bakat ini.

Namun, catatan hidupnya dianggap telah bercampur dalam halaman-halaman sejarah.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com