Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perang: Saat Nazi Keok oleh "Tentara Hantu" yang Ternyata Hanya Ilusi

Kompas.com - 16/03/2021, 17:05 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Eksperimennya dilakukan di empat studio di Royal Academy di London, tempat dia bekerja dengan tim seniman termasuk Edward Wadsworth.

Strategi-strategi ini menjadi inspirasi penting untuk operasi penipuan melawan Nazi dalam Perang Dunia Kedua. Namun, generasi seniman baru kemudian menciptakan teknik ilusi yang jauh lebih canggih.

Baca juga: Kisah Perang: Garis Maginot, Benteng Keropos yang Dibanggakan Perancis

Generasi baru

Pada tahun 1942, di gurun Afrika Utara, pasukan Sekutu bertempur dalam pertempuran yang sulit melawan Blok Axis—Nazi Jerman, Jepang, dan Italia.

Pada 16 September, dua perwira Inggris dipanggil ke pertemuan tingkat tinggi di Borg-el-Arab di Mesir.

Geoffrey Barkas dan Tony Ayrton adalah pemimpin Direktorat Kamuflase Komando Timur Tengah, sebuah unit yang didedikasikan untuk menemukan strategi menyembunyikan para pasukan dari penglihatan musuh.

Direktorat itu bukan berisi tentara yang tangguh, tetapi mantan seniman, desainer panggung, dan kartunis yang telah direkrut karena keterampilan mereka dalam tipu daya visual.

Salah satu anggotanya pernah menjadi pesulap terkenal; Ayrton adalah mantan pelukis dan Barkas adalah seorang penulis naskah film, produser dan sutradara yang memenangkan Oscar untuk film dokumenter pada tahun 1936.

Mereka kemudian diberi tahu tentang rencana rahasia untuk Pertempuran Alamein kedua. Mereka diberitahu bahwa itu adalah serangan yang dapat mengubah nasib perang.

Kemudian, yang membuat Barkas dan Ayrton heran, mereka diberi tahu bahwa mereka diberi tanggung jawab atas manuver strategis Sekutu yang paling penting.

Kedua pria itu saling memandang: komando tinggi memiliki sejumlah kapal perang, pesawat, tank, dan artileri yang mereka miliki - lantas apa yang bisa mereka lakukan sebagai seniman?

Baca juga: Kisah Perang: Luftwaffe, AU Nazi Spesialis Serangan Kilat Blitzkrieg

Sebelumnya, Direktorat Kamuflase Komando Timur Tengah hanya fokus menyiapkan taktik kamuflase.

Misalnya, tanah lapangan udara dicat dengan warna hitam dan abu-abu untuk mensimulasikan bayangan meriam untuk mengelabui pesawat pengintai kubu Axis.

Atap hanggar pesawat dicat dengan perspektif ilusionis agar terlihat seperti rumah warga. Teknik itu seperti yang dirintis oleh Wilkinson dan Solomon.

Tetapi pada September 1942, Sekutu membutuhkan trik sulap yang lebih besar.

Mereka khawatir dengan mobilitas, kecerdasan taktis, dan daya tembak musuh Axis, yang dipimpin oleh Erwin Rommel yang legendaris.

Untuk menang, mereka perlu membuat musuh Jerman dan Italia lengah dengan serangan yang tak bisa diduga.

Untuk melakukan ini, banyak tank harus ditempatkan di dekat musuh tetapi disembunyikan dari pandangan dan pasukan umpan yang terdiri dari 600 kendaraan militer palsu harus dibuat.

Baca juga: Kisah Perang: Schwerer Gustav, Meriam Terbesar Sejagat Raya Milik Nazi

Barkas, Ayrton dan Direktorat Kamuflase diberi waktu hanya 28 hari untuk menyulap tentara fiksi dan menyamarkan yang asli dari pandangan.

Tentara fiksi di wilayah selatan diciptakan dengan tanki palsu dan toko makanan palsu, gudang amunisi dan wadah minyak, semuanya terbuat dari kotak dan daun palem yang dilapisi terpal.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com