Yang tidak kalah mengesankan adalah caranya meraih kemenangan. Dalam 13 pertandingan melawan pemain terbaik di AS, dia mencetak 8 kemenangan, 5 seri dan tanpa kekalahan.
Tahun berikutnya, pada usia 15 tahun, dia menjadi orang termuda yang mencapai pangkat grandmaster, pengakuan tertinggi untuk keterampilan dalam catur.
Baca juga: Mengenal Pak Dadang, Pecatur Indonesia di Chess.com yang Kalahkan Gamer Catur Dunia
Dia sempat bersekolah di Erasmus Hall High School di Brooklyn. Namun pikirannya selalu tersita oleh catur sehingga acuh tak acuh di kelas. Akhirnya pada usia 16 dia berhenti sekolah.
Di papan catur dia terkenal sebagai penyerang yang kejam. “Saya senang melihat mereka resah,” katanya tentang lawan-lawannya.
Sejak awal, dia menopang kegemarannya pada catur tidak hanya dengan pemikiran orisinal tapi juga dengan studi monumental. Penguasaan terhadap literatur permainan inilah yang membuatnya berbeda dengan pemain lain.
Dia menyukai strategi seperti King's Gambit, sebuah manuver pembukaan di mana putih mengorbankan pion sisi raja untuk mendapatkan serangan cepat.
Taktik itu sudah lama dianggap terlalu berisiko. Tapi Fischer menggunakannya dengan cara yang spektakuler selama Kejuaraan Amerika Serikat 1964, terutama dalam pertandingan melawan Grandmaster Larry Evans.
Itu adalah bagian dari penampilan turnamen terbesar yang pernah ada. Fischer memenangkan 11 pertandingan, tidak kalah dan tidak pernah seri. "Dia menghancurkan dunia catur," kata guru dan penulis catur Bruce Pandolfini.
Turnamen 1964 juga menghasilkan game legendaris lainnya, melawan Grandmaster Robert Byrne. "Itu adalah salah satu serangan balik yang brilian," kenang Byrne.
Baca juga: GM Catur Indonesia Siap Wujudkan Mimpi Dewa Kipas alias Dadang Subur
Terkenal punya kepercayaan diri yang tinggi, sikap Fischer mulai mengkhawatirkan orang-orang disekitarnya. Pada 1962, Byrne menyarankan kepada Fischer untuk menemui psikiater.
Saran itu ditolaknya mentah-mentah. Dengan angkuh dia mengatakan seorang psikiater harus membayarnya untuk mendapatkan hak istimewa untuk “meneliti” otaknya.
Dia juga mulai membuat tuntutan aneh pada direktur turnamen. Mulai dari permintaan penerangan khusus, tempat duduk khusus, dan memastikan semua tenang saat pertandingannya.
Namun keluhannya semakin menjadi-jadi. Menurutnya, lawan mencoba meracuni makanannya, bahwa kamar hotelnya disadap, dan orang Rusia berkolusi di turnamen dan mengatur undian untuk dirinya.
Fischer bahkan mulai takut terbang. Dia mengira Rusia mungkin menyembunyikan jebakan di pesawat.
Kekhawatirannya yang berlebihan itu membuatnya semakin sedikit mengikuti pertandingan. Dia juga kerap menarik diri dari persaingan selama berbulan-bulan. Bahkan, gosip dia takut kalah sempat muncul karena perilakunya itu.
Tetapi Fischer selalu kembali bermain pada level yang tidak dapat disamai oleh siapa pun. Sebelum pertandingan Spassky di Reykjavik, dia memenangkan 20 pertandingan berturut-turut melawan Grandmaster catur lainnya.
Dia juga menyelesaikan buku "My 60 Memorable Chess Games" (1969), sebuah koleksi klasik yang wajib dibaca oleh para pemain catur serius.
Musuh bebuyutannya pemain catur asal Rusia dan pemegang gelar juara dunia, Spassky, juga berhasil dikalahkannya pada 1972. Kemenangan itu membuatnya menarik perhatian dunia.
Ironisnya, keangkuhannya kerap membuat sejumlah pihak tidak tahan. Sebelum pertandingan itu, dia sempat mengancam tidak akan muncul dan menunda keberangkatannya dari New York.
Dia bersikeras diliput televisi, tapi kemudian menolak bermain untuk kamera.
Dia kalah pada game pertama karena kesalahannya sendiri, lalu kehilangan game kedua. Ditengah pertandingan dia mengancam akan mundur, kecuali Spassky setuju memindahkan permainan ke sebuah ruangan kecil, jauh dari penonton.