Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dinda Lisna Amilia
Dosen

Dosen Ilmu Komunikasi di Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya.

Refleksi 12 Tahun Serangan Penembakan Brutal Mumbai

Kompas.com - 24/11/2020, 09:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sentimen tak berkesudahan

Sudut pandang sejarah akan memberikan kita referensi pemahaman lain. India, Pakistan, dan Bangladesh mulanya adalah satu wilayah.

Pada 1947, koloni Inggris memerdekakan dan memisahkan India dan Pakistan berdasarkan agama mayoritas yang dianut oleh masing-masing wilayah (Ferrell, 2003).

Sementara itu, Jammu dan Kashmir yang menjadi provinsi dengan otoritas sendiri diberi tiga opsi: bergabung dengan Pakistan, menjadi bagian dari India, atau tetap merdeka.

Walau ternyata Jammu dan Kashmir tidak memiliki militer sehingga mereka memilih untuk bergabung dengan India atau Pakistan, tergantung pada faktor-faktor seperti geografi, mayoritas agama, dan faktor lainnya (Pramanik dan Roy, 2014).

Pada 14 Agustus 1947, Inggris secara resmi memisahkan India dan Pakistan. Saat itu, Jammu dan Kashmir belum memilih keduanya.

Pemimpin Jammu dan Kashmir Maharaja Harry Singh bahkan mulai menjuluki wilayahnya sebagai "no man’s land" alias negara tak bertuan.

Namun tak lama setelah itu, Pakistan melakukan invasi ke Jammu dan Kashmir. Di situ lah Harry Singh mulai meminta perlindungan India untuk melawan Pakistan.

India hanya menyetujui bantuan militer dengan syarat, jika menang Jammu dan Kashmir akan menjadi bagian dari India. Maharaja menyepakatinya.

Dari sini, kita bisa melihat masalah Kashmir mewakili lebih banyak hal bagi India dan Pakistan daripada kepentingan strategis.

Ini adalah medan pertempuran identitas. Bagi India sekuler, ini adalah cara untuk membuktikan bahwa wilayah mayoritas Muslim bisa menjadi bagian dari India yang memang heterogen.

Sedangkan bagi Pakistan, merebut Jammu dan Kashmir adalah cara untuk terus memperkuat identitasnya sebagai negara Muslim (Cohen, 2003).

Sejarah ini mengakar menjadi sentimen, laten, lalu menjadi manifestasi dalam bentuk kekerasan lain seperti konflik perbatasan, gencatan senjata yang terus memakan korban, hingga serangan terorisme mengerikan yang salah satunya terjadi di Mumbai pada 2008 tersebut.

Pada akhirnya, kita sendiri bisa mempersepsi apakah membalas dendam masa lalu setimpal dengan pengatasnamaaan agama?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com