NEW DELHI, KOMPAS.com - Jumlah korban tewas di kerusuhan India masih bertambah, walau kerusuhan sudah mereda. Laporan terbaru menyebutkan korban tewas adalah 42 orang.
Jumlah korban tersebut dilaporkan media setempat Mumbai Mirror pada Sabtu (29/2/2020).
Dari 42 orang yang tewas, paling banyak meninggal di Guru Teg Bahadur (GTB) Hospital yakni 38 orang.
Sisanya di Lok Nayak Jai Prakash Hospital (3 orang), dan di Jag Pravesh Chandra Hospital (1 orang).
Baca juga: Kerusuhan India: Pernikahan Pengantin Hindu Dilindungi Tetangga Muslimnya
Setelah kerusuhan mereda, warga di timur laut Delhi dengan hati-hati beranjak ke luar rumah untuk bekerja dan membuka toko. Namun pemandangan berbeda terjadi di GTB Hospital.
Di sana, orang-orang berkerumun di luar kamar mayat guna menanti jenazah kerabat atau keluarga mereka datang. Demikian yang dilaporkan Mumbai Mirror.
Sementara itu Aljazeera mengabarkan, pada Jumat malam (28/2/2020) ratusan orang India-Amerika dari berbagai agama berkumpul di luar konsulat India di kota-kota besar Amerika Serikat (AS).
Mereka memprotes kekerasan yang merebak di Delhi akibat kontroversi UU Kewarganegaraan India.
Contohnya di New York, pengunjuk rasa berkumpul meneriakkan kata "Memalukan!" pada petugas saat mereka coba merangsek masuk ke gedung konsulat India.
Baca juga: Anggota Komisi I Minta Pemerintah Bawa Kasus Kerusuhan di India ke PBB
Juru bicara Kepolisian Delhi, Mandeep Singh Randhawa, mengatakan ada 148 FIR (First Information Report) yang diterima pihak kepolisian, dan 630 tersangka sudah ditahan sejauh ini.
FIR merupakan dokumen yang disiapkan Kepolisian India untuk mengolah laporan tindak kriminal. Selanjutnya FIR akan dipakai untuk mengatur proses peradilan.
"Tidak ada insiden baru yang dilaporkan hari ini (Jumat)," ucap Mandeep dikutip dari Mumbai Mirror.
Mandeep menambahkan, tim forensik laoratorium telah dipanggil untuk meninjau ulang Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Baca juga: Maruf Amin Prihatin Konflik Antar-umat Beragama di India
Hampir 7.000 personel paramiliter telah dikerahkan di daerah-daerah yang terkena dampak kerusuhan sejak Senin (24/2/2020).
Ratusan personel polisi juga diturunkan ke darat.
Kerusuhan yang terjadi di India adalah dampak pro-kontra dari UU Kewarganegaraan India atau Citizenship Amendment Act (CAA).
UU ini memberi amnesti kepada imigran non-Muslim dari tiga negara mayoritas Muslim terdekat seperti Afghanistan, Pakistan dan Bangladesh.
Perdana Menteri Narendra Modi menyangkal hal ini dan mengatakan bahwa dia hanya berusaha memberikan amnesti kepada minoritas yang dianiaya.
Namun hal itu diprotes oleh ratusan ribu orang di India baik umat Islam maupun Hindu.
Baca juga: Kisah Heroik Polisi India: Lintasi Batas Negara secara Ilegal demi Selamatkan Warga Sipil
Mereka juga melakukan beberapa aksi seperti duduk bersama di Shaheen Bagh di Delhi.
UU Kewarganegaraan India ini memberikan kewarganegaraan pada minoritas agama.
Pemerintah yang dipimpin Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata (BJP) mengatakan akan memberi perlindungan kepada orang-orang yang melarikan diri dari penganiayaan agama.
Namun para kritikus meyakini bahwa UU Kewarganegaraan India adalah bagian dari upaya BJP untuk memarjinalisasikan umat Islam.
Baca juga: India Bayar Pelatih Bulu Tangkis asal Indonesia Rp 114 Juta Per Bulan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.