Uzra, seorang pekerja pabrik di etnis minoritas di Hazara, menangis ketika menceritakan kehidupannya sebagai seorang ibu muda.
Dia sendirian di rumah bersama anak-anaknya ketika Taliban fundamentalis Sunni tiba di desanya.
"Saya masih ingat dengan jelas hari itu... Mereka membantai semua pria, dan datang ke rumah saya," ungkap perempuan berusia 40 tahun itu, yang enggan memberi nama lengkapnya.
Para militan mengancam akan memenggal putrinya yang saat itu berusia tiga tahun, di rumahnya di Provinsi Bamiyan Tengah.
Baca juga: Trump: Perjanjian Damai dengan Taliban Semakin Dekat
Keluarganya selamat dan melarikan diri ke Pakistan, tetapi suaminya cacat dan trauma akibat pemukulan brutal yang dideritanya.
"Sampai hari ini, ketika ada kata 'Taliban; muncul, dia mulai menangis," ucap Uzra merujuk ke kondisi suaminya.
"Semua orang menginginkan perdamaian, tetapi tidak jika Taliban kembali. Saya tidak ingin yang disebut perdamaian ini," pungkasnya.
Baca juga: Taliban Kirim Ultimatum kepada AS, Apa Isinya?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.