Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerusuhan India, 23 Orang Tewas dalam Demo Menentang UU Kewarganegaraan

Kompas.com - 26/02/2020, 23:00 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber BBC,The Wire

NEW DELHI, KOMPAS.com - Kerusuhan terjadi di New Delhi, India. Dilansir dari BBC, setidaknya 13 orang tewas (baik Hindu maupun Muslim) terbunuh dalam kerusuhan tersebut. Sumber lain mengatakan 23 orang tewas.

Dari 13 korban tewas, seorang polisi dinyatakan gugur. Dia bernama Ratan Lal. Selain itu, ada seorang reporter saluran lokal India JK 24x7 yang tertembak dan dua wartawan NDTV yang dipukuli.

Korban sipil lainnya adalah pengemudi becak mobil, Shahid Alvi yang tewas karena tertembak peluru.

Selain itu, seorang warga bernama Rahul Solanki juga mati ditembak ketika mencoba melarikan diri dari kerumunan.

Saudaranya, Rohit menjelaskan kalau Rahul telah berusaha dibawa ke empat rumah sakit namun ditolak.

Baca juga: Sambut Kedatangan Trump, India Gusur Warga Miskin

Perselisihan pertama kali bermula pada Minggu (23/02/2020) antara demonstran pendukung (Hindu) dan penolak CAA (Citizenship Amandment Act) yang beragama Islam.

Bentrokan ini terjadi selama kunjungan resmi pertama presiden AS Donald Trump ke India.

Peristiwa bentrok terjadi di pusat mayoritas Muslim yang berdekatan dengan Timur Laut Delhi, sekitar 18 kilometer dari pusat ibukota. Di mana di sana terdapat pertemuan Trump dengan para pimpinan India, diplomat dan pelaku bisnis.

CAA yang anti-Muslim menimbulkan protes masif sejak akhir tahun kemarin dan berujung pada kekerasan. Ketika ditanya tentang bentrok yang terjadi saat kunjungannya, Trump hanya mengatakan itu hak pemerintah India dalam penanganannya.

Kerusuhan ini cukup membuat malu Perdana Menteri India, Narendra Modi yang telah menjauhkan perhatian juga kunjungan Trump di India.

Insiden Selasa (25/02/2020) sore juga menunjukkan adanya perusakan masjid di wilayah Shahadra. Para perusak berusaha mengoyak simbol bulan sabit dari atas menara.

Kekerasan ini dipicu oleh Kapil Mishra, ketua BJP (Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata), yang mengancam kelompok pemrotes penentang CAA selama akhir pekan.

Dia mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan diusir secara paksa begitu presiden Trump meninggalkan India.

Juru bicara Kepolisian Delhi, MS Randhawa memberitahukan bahwa situasi terkendali dan "sejumlah polisi" telah dikerahkan. Namun massa terus meneriakkan slogan dan saling melempar batu.

Randhawa kemudian mengatakan bahwa polisi telah mengerahkan drone untuk meindai rekaman kamera CCTV. Dia akan memberi sanksi bagi pembuat onar.

Peristiwa itu menyisakan sejumlah pemandangan yang tidak mengenakkan seperti kendaraan hangus, jalanan penuh batu di Jaffrabad dan Chand Bagh pada Selasa paginya.

Akibat peristiwa itu, beberapa stasiun metro terpaksa ditutup. Menanggapi peristiwa nahas tersebut, ketua menteri yang baru terpilih kembali, Arvind Kejriwal meminta pemerintah federal untuk memulihkan ketertiban.

Baca juga: 23 Orang Tewas di Kerusuhan India, tapi Ada Juga Demo yang Berlangsung Sunyi

Pada kenyataannya, tidak ada cukup polisi di jalan. Polisi yang berjaga bahkan tidak mendapat perintah dari atas untuk mengendalikan situasi.

CAA atau Citizenship Amendment Act merupakan amnesti kepada imigran non-Muslim dari tiga negara mayoritas Muslim terdekat seperti Afghanistan, Pakistan dan Bangladesh.

Pemerintah Modi menyangkal hal ini dan mengatakan bahwa dia hanya berusaha memberikan amnesti kepada minoritas yang dianiaya.

Namun hal itu diprotes oleh ratusan ribu orang di India baik muslim maupun hindu. Mereka juga melakukan beberapa aksi seperti aksi duduk bersama di Shaheen Bagh di Delhi.

RUU CAA ini memberikan kewarganegaraan pada minoritas agama. Pemerintah yang dipimpin Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata (BJP) mengatakan akan memberi perlindungan kepada orang-orang yang melarikan diri dari penganiayaan agama.

Namun para kritikus meyakini bahwa RUU itu adalah bagian dari upaya BJP untuk meminggirkan Umat Islam.

Baca juga: Tiga Orang Terbunuh dalam Kerusuhan Jelang Kunjungan Trump ke India

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC,The Wire
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com