Sang jawara kemudian melaju ke fase gugur, dan berkompetisi di Women Football League Champions Cup.
Baca juga: Arab Saudi, Negeri Konservatif yang Kini Berambisi Helat Formula 1
Digelarnya liga sepak bola putri Arab Saudi adalah kebijakan lanjutan pemerintah untuk melibatkan perempuan di olahraga.
Sebelumnya, Arab Saudi tidak pernah memiliki tim nasional wanita (timnasita) untuk berkompetisi di Piala Dunia Wanita.
Salah satu alasan kenapa negara yang beribu kota di Riyadh ini tidak membentuk timnasita adalah hukuman FIFA yang mereka terima di tahun 2007.
Waktu itu FIFA melarang pemain mengenakan hijab. Larangan ini kemudian dicabut lima tahun kemudian.
Di tahun 2012 Arab Saudi mengirimkan kontingen perempuan pertamanya di Olimpiade.
Baca juga: Pemerintah Tawarkan Sejumlah Pelabuhan ke Investor Uni Emirat Arab
Saat itu Arab Saudi menjadi negara terakhir yang mengirimkan atlet perempuan. Mereka melunak setelah terus ditekan Kontingen Olimpiade dengan alasan kesetaraan gender.
Selanjutnya di Oktober 2019 Arab Saudi mengirimkan tim futsal wanita pertamanya di kejuaraan internasional.
Tim tersebut berkompetisi di Gulf Cooperation Council (GCC) Women's Games bareng Uni Emirat Arab (UEA), Kuwait, dan Bahrain.
Tim Arab Saudi mengakhiri turnamen itu sebagai juara tiga, dan sempat mengecap hasil manis kala mengalahkan tuan rumah Kuwait.
Tak hanya di bidang olahraga, dimulainya liga sepak bola putri juga menunjukkan wanita mulai disetarakan dengan pria di Arab Saudi.
Baca juga: Koperasi Ini Segera Ekspor Ratusan Ton Bumbu Rendang ke Arab Saudi
Tahun 2017 perempuan Arab Saudi mulai diberikan hak mengemudi, dan pada 2018 untuk pertama kalinya, mereka diizinkan memiliki SIM.
Berlanjut ke Agustus 2019, pemerintah mencabut larang wanita bepergian ke luar negeri tanpa persetujuan dari wali pria.
Kemudian pada Desember 2019, pemerintah mencabut pemisahan jenis kelamin di restoran.
Meski demikian, Arab Saudi belum sepenuhnya menyetarakan kedudukan perempuan dengan pria. Masih ada persoalan-persoalan yang belum didapat solusinya.
Dilansir dari CNN Rabu (26/2/2020) perempuan Arab Saudi masih harus izin ke pria (baik suami atau ayahnya) untuk menikah atau bercerai, membuka bisnis, dan terkadang juga untuk urusan kesehatan.
Jika ayah si perempuan sudah meninggal, ia harus mendapat persetujuan salah satu dari suami, saudara laki-laki, bahkan dalam beberapa kasus, putranya sendiri.
Kesaksian para perempuan di pengadilan juga diberi bobot yang lebih rendah daripada pria. Ini membuat posisi hukum mereka sama dengan anak di bawah umur, demikian yang dilaporkan CNN.
Kemudian para pakar PBB mengatakan, terlepas dari pelonggaran beberapa aturan, sistem yang berlaku di Arab Saudi sekarang masih "meniadakan" hak asasi perempuan dan menghalangi mereka sebagai manusia bebas.
Baca juga: Publik Arab Saudi Bersiap Rayakan Valentine
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.