Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerusuhan New Delhi Kian Mencekam, Total 20 Orang Tewas

Kompas.com - 26/02/2020, 15:33 WIB
Aditya Jaya Iswara,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber AFP,Anadolu

NEW DELHI, KOMPAS.com - Jumlah korban akibat kerusuhan di New Delhi, India, terus bertambah. Kabar terbaru, sudah 20 orang yang tewas.

Dilansir dari Anadolu Agency, empat orang yang meninggal hari ini (26/2/2020) termasuk seorang polisi, yang bertugas menjaga keamanan di hari keempat gelombang protes UU Kewarganegaraan baru.

Jumlah tersebut menambah daftar korban kerusuhan menjadi 20, dan ratusan orang lain yang luka-luka.

"Jumlah korban tewas mencapai 20, dengan 189 orang menjalani perawatan di rumah sakit. Sekitar 60 orang menderita luka tembak," terang Sunil Kumar dari Rumah Sakit Guru Teg Bahadur, dikutip dari AFP.

Mereka yang terluka beberapa di antaranya adalah reporter. Satu orang terkena peluru dan dua lainnya dipukuli massa di kerusuhan. Polisi dan paramiliter juga ikut menjadi korban luka-luka.

"Lebih dari 100 orang luka-luka sudah dibawa ke rumah sakit, dan sampai sekarang kami terus kedatangan pasien," ucap Dr Rajesh Kalra, tenaga medis tambahan di Rumah Sakit Guru Teg Bahadur.

Baca juga: Salah Eja Nama Sampai Klaim Jumlah Penonton, Ini Tiga Noda Trump di India

Kemudian pada Rabu pagi (26/2/2020) sebuah toko dibakar di pasar ban sebelah timur laut New Delhi.

Bentrokan yang dipicu pro-kontra UU Kewarganegaraan Baru atau Citizenhip Amandment Act (CAA) ini mulai meletus di timur laut New Delhi pada Minggu (23/2/2020).

Aksi massa masih berlanjut di Senin (24/2/2020) ketika Donald Trump berkunjung selama dua hari di Negeri "Bollywood".

Akibat dari peristiwa ini, pemerintah India menerapkan kebijakan Section 144, yang melarang pertemuan publik massal selama sebulan di kota, dan diberlakukan jam malam di daerah yang terdampak kerusuhan.

Polisi juga diizinkan menembak siapa pun yang berulah, tak jauh dari lokasi makan malam Trump bersama Perdana Menteri India Narendra Modi, Selasa (25/2/2020).

Baca juga: Tiga Orang Terbunuh dalam Kerusuhan Jelang Kunjungan Trump ke India

Kronologi kerusuhan

Situasi mencekam ini terjadi setelah pemimpin Bharatiya Janata Party (BJP), Kapil Mishra, memperingatkan polisi untuk mensterilkan lokasi unjuk rasa sebelum kunjungan resmi Trump.

Dalam sebuah video yang diunggah di twitter, juga terlihat Kapil Mishra memberi ultimatum ke para polisi.

Namun tak lama kemudian sekelompok demonstran yang mendukung UU Kewarganegaraan Baru datang ke lokasi unjuk rasa, dan dikawal pihak kepolisian.

Sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan para pria meneriakkan "Jai Shree Ram" atau "Hail Lord Ram", slogan yang identik dengan Hindu sayap kanan, dan dilanjutkan dengan pelemparan batu.

UU Kewarganegaraan baru menjadi kontroversi lantaran memberi amnesti untuk imigran non-Muslim dari tiga negara tetangga yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam.

Para demonstran yang menolak menilai UU itu mendiskriminasi orang-orang Islam.

Baca juga: Pria India Ini Sembah Trump sebagai Dewa dan Buatkan Patung Untuknya

Seperti tahanan di rumah sendiri

Shanu Siddiqui, penduduk di lokasi kerusuhan mendapat luka di dada akibat terkena tembakan gas air mata.

"Penembakan terus berlangsung selama Senin, dan di Selasa hampir terjadi seharian. Para golongan sayap kanan dikawal polisi, yang turut menyuplai mereka dengan senjata dan tongkat untuk memukul," ucap Shanu dikutip dari Anadolu Agency.

Shanu menambahkan, situasinya sangat mencekam di area tempat tinggalnya, dengan kedua kubu yang terus berdatangan sejak Senin malam.

"Ada pergerakan sedikit (dari lawan) mereka langsung melempar batu. Orang-orang yang pulang kerja dan kembali ke rumah juga ikut jadi sasaran."

"Rasanya kami jadi tahanan di rumah sendiri," lanjutnya.

Baca juga: Sambut Kedatangan Trump, India Gusur Warga Miskin

Tindakan pemerintah India

Penasihat Keamanan Nasional, Ajit Doval, berencana menggelar pertemuan darurat dengan pejabat senior hari ini (26/2/2020).

"Rakyat harus bekerja sama dengan kami untuk menjaga kedamaian. Kami akan terus di sini (New Delhi) sampai situasi normal. Sementara di tempat lain kami akan mengerahkan pasukan," ucap Satis Golchan, Komisaris Khusus di Kepolisian New Delhi.

Di tempat terpisah, Menteri Utama Delhi, Arvind Kejriwal, juga menyuarakan hal yang sama.

"Semua orang ingin kerusuhan mereda," ucapnya setelah menghadiri pertemuan dengan Menteri Dalam Negeri Amit Shah dan Gubernur Jenderal New Delhi Anil Baijal, pada Selasa (25/2/2020).

Baca juga: Parasite Dituding Curi Ide Cerita Film India, Minsara Kanna

Kemudian dari sumber-sumber yang dihimpun Anadolu Agency, terlihat sejumlah polisi lokal dan pasukan keamanan tambahan dikerahkan untuk berjaga-jaga mengantisipasi situasi genting.

Kementerian Informasi dan Penyiaran India juga tidak tinggal diam. Selasa kemarin mereka meminta semua stasiun televisi berhati-hati menyiarkan konten, karena ada kemungkinan mengandung konten-konten anti-nasionalis.

Konten-konten yang mengandung intimidasi ke agama atau komunitas tertentu juga wajib dihindari. Termasuk gambar atau kata-kata yang menghina agama atau kelompok tertentu.

Baca juga: Joki Kerbau India yang Torehkan Rekor Melampaui Usain Bolt Tolak Undangan Tes Atletik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP,Anadolu
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com