Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayah di Suriah yang Ajari Anaknya Tertawa Saat Dengar Ledakan Bom: Suatu Hari, Dia Akan Tahu Ini Suara Kematian

Kompas.com - 19/02/2020, 21:40 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

SARMADA, KOMPAS.com - Ayah di Suriah yang mengajari anaknya tertawa saat mendengar ledakan bom berujar, suatu hari putrinya akan tahu ini adalah momen yang memilukan.

Abdullah al-Mohammed berusaha agar Salwa tidak trauma dengan konflik yang terjadi, dan memutuskan mengubah suara menakutkan itu jadi permainan.

Sebuah video yang viral memperlihatkan dia tertawa ketika mendengar ledakan bom. Momen menyentuh, sekaligus menyayat hati di Idlib.

Baca juga: Ayah di Suriah Ini Ajari Anaknya Tertawa Setiap Dengar Ledakan Bom

"Ini pesawat atau mortar?" tanyanya ketika mendengar suara berdesing. "Mortar," jawab bocah tiga tahun itu. "Saat benda itu datang kita akan tertawa," kata Abdullah.

Dalam video yang lain, terlihat juga bagaimana Salwa duduk di pangkuan sang ayah, di mana tawa riangnya terdengar saat bom dijatuhkan.

"Katakan Salwa, apa yang pesawat lakukan," tanya Abdullah. Salwa menjawab dia akan tertawa ketika mendengar adanya bunyi pesawat.

"Pesawat itu selalu membuat kami bergembir. Mereka seakan-akan mengatakan kepada kami 'ayo, tertawakan aku, tertawakan aku'," ujarnya.

Jurnalis AFP kemudian mendatangi keluarga Abdullah yang mengungsi di Sarmada, kota di benteng terakhir pemberontak, di mana Damaskus mencoba merebutnya.

Dia dan keluarganya pindah dari Saraqeb, kota lain di Idlib yang sudah direbut pasukan pemerintah Suriah, dan dihujani oleh serangan udara.

Baca juga: Erdogan Ancam Bakal Serang Suriah, Begini Peringatan Rusia

Kini dengan rezim Bashar al-Assad mulai menekan bagian utara dan terus menekan warga sipil hingga perbatasan Turki, serangan udara kembali.

Dilansir Rabu (19/2/2020), Abdullah mengatakan ketika masih 12 bulan, Salwa pernah menangis karena mendengar suara petasan di rumahnya.

Dia kemudian menjelaskan bahwa suara itu merupakan petasan yang tengah dimainkan oleh anak-anak karena menyambut Hari Raya Idul Fitri.

Sejak saat itu, Abdullah menuturkan bahwa setiap kali mereka mendengar suara dari langit, dia akan mengambil ponselnya dan mengajaknya tertawa.

"Saya sebisa mungkin tidak menunjukkan bahwa apa yang terjadi di luar sana adalah hal buruk. Saya harus menunjukkan sisi lucunya," katanya.

Baca juga: Jika Suriah Tak Tarik Pasukannya, Erdogan Ancam Gelar Operasi Militer Secepatnya

"Kehidupan yang layak"

"Suatu hari, dia akan tahu bahwa suara ini (ledakan bom) adalah suara kematian. Namun sampai saat itu tiba, dia akan melihat hal baik," tegasnya.

Kawasan utara dari Provinsi Idlib merupakan jalan buntu bagi ratusan ribu warga sipil yang sebelumnya mengungsi dari kawasan yang dikuasai pemberontak.

Oleh kelompok pekerja kemanusiaan, daerah tersebut disebut sebagai kamp pengungsi di luar ruangan terbesar secara de-facto.

Ratusan di antaranya, sebagian besar anak-anak, terbunuh dalam beberapa pekan terakhir karena bombardir yang dilakukan pasukan Suriah.

Baca juga: Konflik Suriah: Turki dan Rusia Umumkan Gencatan Senjata Bersejarah

Lebih dari separuh pengungsi adalah anak-anak berusia setidaknya tujuh tahun, di mana ada yang dilaporkan tewas karena udara dingin maupun kondisi kurang layak.

Bagi mereka yang di tempat penampungan, trauma karena pengeboman menjadi tugas berat dinas kesehatan dan organisasi kemanusiaan yang terjun.

Setelah hampir sembilan tahun konflik sipil yang membunuh lebih dari 300.000 orang, Abdullah berkata bahwa dia tidak lagi punya impian atau harapan.

"Kami sudah lelah mengirim pesan. Tidak yang menampung aspirasi kami. Kami hanya ingin anak-anak ini punya kehidupan yang layak," jelasnya.

Baca juga: Trump Minta Rusia untuk Berhenti Dukung Kekejaman Suriah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com