Kawasan utara dari Provinsi Idlib merupakan jalan buntu bagi ratusan ribu warga sipil yang sebelumnya mengungsi dari kawasan yang dikuasai pemberontak.
Oleh kelompok pekerja kemanusiaan, daerah tersebut disebut sebagai kamp pengungsi di luar ruangan terbesar secara de-facto.
Ratusan di antaranya, sebagian besar anak-anak, terbunuh dalam beberapa pekan terakhir karena bombardir yang dilakukan pasukan Suriah.
Baca juga: Konflik Suriah: Turki dan Rusia Umumkan Gencatan Senjata Bersejarah
Lebih dari separuh pengungsi adalah anak-anak berusia setidaknya tujuh tahun, di mana ada yang dilaporkan tewas karena udara dingin maupun kondisi kurang layak.
Bagi mereka yang di tempat penampungan, trauma karena pengeboman menjadi tugas berat dinas kesehatan dan organisasi kemanusiaan yang terjun.
Setelah hampir sembilan tahun konflik sipil yang membunuh lebih dari 300.000 orang, Abdullah berkata bahwa dia tidak lagi punya impian atau harapan.
"Kami sudah lelah mengirim pesan. Tidak yang menampung aspirasi kami. Kami hanya ingin anak-anak ini punya kehidupan yang layak," jelasnya.
Baca juga: Trump Minta Rusia untuk Berhenti Dukung Kekejaman Suriah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.