Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Khilaf dan Maaf di Balik Jeruji Pelaku Bom Kedutaan Australia di Nusakambangan

Kompas.com - 19/02/2020, 06:12 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

Mata Iwan Setiawan berkaca-kaca saat menunggu kapal di pelabuhan Wijayapura, Cilacap, Jawa Tengah, menuju Nusakambangan.

"Saya membawa anak-anak saya untuk bertemu dengan pelaku pengeboman yang menyebabkan satu mata saya buta dan istri saya meninggal ... saya kehilangan kata-kata," katanya.

Bom seberat ratusan kilogram yang meledak di depan Kedutaan Australia, Jakarta, pada September 2004, menyebabkan Iwan dan istrinya Halila -yang saat itu tengah hamil tua- terpental dan jatuh.

Iwan dan Halila termasuk lebih dari 160 korban luka dalam pengeboman yang menyebabkan sembilan orang meninggal dunia.

Kelompok Jemaah Islamiyah berada di balik aksi teror tersebut.

Di perahu motor yang membawa kami menyeberang ke Nusakambangan dan di bus lapas, Iwan tampak beberapa kali menepuk punggung Sarah Salsabilla, putri sulungnya, yang banyak menanyakan tentang ibunya sejak kecil.

Iwan Setiawan bersama putrinya Sarah saat menuju Nusakambangan, untuk bertemu dengan terpidana mati pengeboman di luar Kedutaan Besar Australia Jakarta pada September 2004.BBC News Indonesia Iwan Setiawan bersama putrinya Sarah saat menuju Nusakambangan, untuk bertemu dengan terpidana mati pengeboman di luar Kedutaan Besar Australia Jakarta pada September 2004.

Halila melahirkan anak bungsu mereka Rizqy Nurhidayat, setelah terpental akibat bom pada hari yang sama.

Namun Halila meninggal dua tahun kemudian - tepat saat ulang tahun Sarah yang kelima - akibat luka dalam.

Dua pelaku yang mereka temui pada pertengahan Oktober 2019 adalah terpidana mati pengeboman, yakni Iwan Darmawan Muntho alias Rois dan Ahmad Hassan. Keduanya ditempatkan di dua lapas terpisah.

Iwan mengatakan, Sarah dan Rizqy, dua anaknya yang ikut merasakan "dampak bom yang menyebabkan keluarga mereka porak poranda" juga ingin bertemu dan menanyakan sendiri kepada dua pelaku, mengapa "tindakan kejam" itu mereka lakukan.

Pertemuan pertama adalah dengan Rois, yang ditempatkan di sel isolasi di Lapas Batu, Nusakambangan, penjara dengan pengamanan tingkat tinggi.

Rois - dengan pakaian lapas berwarna oranye dan duduk di kursi roda - didampingi petugas lapas yang mengenakan penutup muka.

Rois memulai dengan menanyakan di mana Iwan saat pengeboman terjadi.

Iwan menjawab, dia saat itu tengah membonceng istrinya, Halila, untuk memeriksakan kehamilan yang memasuki usia delapan bulan.

Suasana di awal pertemuan agak canggung.

Sarah sempat menangis karena menyatakan "takut" untuk bertanya, sebelum melontarkan pertanyaan, "Mengapa Bapak melakukan itu?"

Rois menunjuk mata kanannya yang ia sebutkan "tak bisa melihat" dan terjadi saat "penyidikan".

"Saya tidak melakukan itu … mengapa saya mengakui? Pertanyaan saya mengapa mata saya seperti ini? Yang membuat saya mengakui karena mata saya seperti ini," kata Iwan.

Penjelasan ini kemudian terbantah dengan pernyataan Hassan yang menyatakan keduanya memiliki peran yang sama, yakni membeli kendaraan pengangkut dan bahan lain untuk peledakan, atas perintah petinggi Jemaah Islamyiah asal Malaysia, Noordin M Top dan Azahari.

Namun sebelum berpisah, Rois menyatakan, "Dia mendoakan dan kalau saya punya kesalahan, saya minta maaf. Saya ikut bersimpati atas apa yang terjadi. Saya sangat-sangat merasakan."

Iwan Darmawan alias Rois, terpidana mati pengeboman Kedutaan Besar Australia di Jakarta.BBC News Indonesia Iwan Darmawan alias Rois, terpidana mati pengeboman Kedutaan Besar Australia di Jakarta.

Iwan sendiri menyatakan kecewa atas pertemuan dengan Rois yang ia sebut "masih keras, dan kalau dia ketemu sama yang keras atau lebih keras lagi, (bisa kembali) jadi (radikal) tuh."

Namun ia masih menyatakan harapan, pertemuan dengan keluarga kecilnya dengan cerita yang mereka sampaikan terkait dampak pengeboman itu, dapat "membuka hatinya."

Pertemuan selanjutnya adalah dengan Ahmad Hassan, terpidana mati yang pernah ditemui Iwan sebelumnya.

Kekhilafan saya dan teman-teman

Pertemuan pertama dengan Hassan sekitar sembilan tahun lalu, kata Iwan, merupakan titik balik pandangannya terhadap pelaku teror itu.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com