Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita WNI di Singapura yang Tinggal Dekat Lokasi Karantina Virus Corona

Kompas.com - 12/02/2020, 21:33 WIB
Ericssen,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Menurutnya, mereka yang mengeluh dan harus meninggalkan asrama kebanyakan tinggal lumayan jauh dari sekolah. Meski begitu, dia menuturkan keluhannya mulai berkurang.

Pelajar yang menempuh studi Engineering System and Design ini awalnya sempat panik karena lokasi antara blok 55 dan 59 hanya 100 meter.

“Panik pasti. Saya waktu itu sampai menyimpan masker dan sanitizer dari Indonesia. Saya juga enggan ke mana-mana. Sekarang sudah lebih tenang dan menjalankan perkuliahan kembali seperti biasa," tandasnya.

Baca juga: Dampak Virus Corona, Indonesia Berpotensi Kehilangan Devisa Rp 40,7 Triliun

Membatasi aktivitas di luar rumah

Baik Grace dan Jeremia mengaku tetap beraktivitas seperti biasa. Namun, mereka memilih untuk membatasi aktivitas di luar rumah.

Jeremia misalnya. Dia menuturkan lebih banyak di kamar. Jika pun harus keluar, itu hanya untuk kuliah serta makan. Itu pun jika makan dia memilih tempat yang dekat seperti kantin.

"Lebih baik saat ini untuk menghindari tempat-tempat tertutup ramai seperti mall dan gym,” jelas Jeremia.

Bahkan untuk perkuliahan, Jeremia menyampaikan universitas sudah memutuskan metode online learning untuk kelas dengan jumlah pelajar lebih dari 50 orang.

Online learning adalah kebijakan yang baik. Lebih aman karena tidak perlu berbaur dalam keramaian," paparnya.

Baca juga: Dampak Virus Corona, WN China di Indonesia Bisa Perpanjang Izin Tinggal ke Imigrasi

Tak jauh berbeda dengan Jeremia, Grace juga menyampaikan bahwa dia tetap keluar rumah bersama keluarga, namun hanya di tempat yang dekat.

Jika mereka berolahraga, mereka melakukannya di halaman asrama. "Bagaimana pun, anak-anak perlu sinar matahari dan supaya mereka tak jenuh di di rumah," terangnya.

Grace juga mengatakan terdapat pemeriksaan teratur suhu tubuh secara rutin untuk siapa pun yang akan memasuki asrama.

Keduanya menegaskan tidak panik dan langsung memborong bahan pokok di supermarket begitu pemerintah Singapura menaikkan status darurat dari kuning ke oranye.

“Pemerintah Singapura jelas tidak mengindikasikan kita perlu menimbun kebutuhan darurat. Tidak ada kebijakan menutup tempat makan juga.” kata Jeremia.

Baca juga: Kisah Chloe, Balita yang Hindari Asap Kebakaran Australia Kini Terjebak Wabah Virus Corona

Masker dan sanitizer dari Tanah Air

Menanggapi wabah virus corona, Grace tidak tinggal diam ketika melihat banyak mahasiswa yang kesulitan mendapatkan masker di negeri “Singa”.

Mengingat stok masker sedang langka, Grace meminta bantuan teman di Jakarta untuk mengirimkan 60 kotak masker guna dibagikan kepada mahasiswa hingga staf asrama.

Grace berkata, sangat penting bagi siapa saja di asrama untuk memakai masker jika merasa tidak sehat. “Sudah merupakan tugas saya untuk membantu mereka-mereka yang kesulitan.”

Saat ini, dia juga sedang mencari cara untuk memasok persediaan sanitizer untuk mahasiswa dan staf di asrama.

“Rencananya sanitizer akan ditaruh di tempat-tempat umum. Saya juga berencana mendatangkannya dari Jakarta karena sangat sulit mendapatkannya di Singapura," paparnya.

Baca juga: Imbas Virus Corona, Travel Agent Tawarkan Rute Domestik untuk Alternatif Refund

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com