Sumber internal itu menerangkan, defisit tersebut membuat kebanyakan tim medis mengenakan pakaian pelindung antara enam hingga sembilan jam.
Padahal idealnya, baju anti-material berbahaya (hazmat) tersebut maksimal dikenakan selama empat jam selama di area infeksi.
Baca juga: Saat 4.232 Pasien Virus Corona di Berbagai Negara Telah Sembuh...
"Tentu kami tidak menganjurkan cara demikian. Namun faktanya, kami tidak mempunyai alternatif lain," ujarnya pada pekan lalu.
Pemerintah pusat sudah merespons tuntutan tersebut dengan meminta dan mengerahkan pada produsen seantero Negeri "Panda" untuk memproduksi baju pelindung.
Pejabat lembaga perencana ekonomi Cong Liang mengatakan, sekitar tiga per empat produsen sudah kembali bekerja pada Senin (10/2/2020) setelah libur Tahun Baru Imlek usai.
Selain itu, Beijing juga mengimpor lebih dari 300 juta masker dan sekitar 3,9 juta lembar bahan pembuat baju pelindung sejak 24 Januari.
Palang Merah China juga 900 juta yuan, sekitar Rp 1,7 triliun, sebagai dana pengendalian wabah. Namun, terdapat kritik terkait kurangnya transparansi.
"Meski kami terus menerima masker, jumlah pasien yang datang terus bertambah, papar dokter sebuah rumah sakit utama di Wuhan.
Baca juga: WHO: Lebih Kuat dari Serangan Terorisme, Virus Corona Musuh Publik Nomor 1
Dia mengatakan setiap hari, seorang dokter atau perawat setidaknya menggunakan 2-4 masker, dengan konsumsinya terus bertambah.
Xu Yuan, warga AS berusia 34 tahun mendapat cerita bahwa temannya harus mengenakan pakaian pelindung tak memadai saat bertugas.
"Begitu dia memakainya, terdengar bunyi 'krak' karena ukurannya terlalu kecil," jelas Xu yang menyumbang 5.000 dollar AS, atau Rp 68,3 juta.
Dia menuturkan setelah mengenakan jas hazmat tersebut, temannya akan menyemprotkan disinfektan. "Katanya cara itu tak berguna. Namun tak ada opsi lain," paparnya.
Baca juga: Bantah Sepi karena Virus Corona, Bali Tetap Diminati Wisatawan
Selain kurangnya peralatan, menangani pasien yang terus bertambah dan mengawasi mereka selama 24 jam menguras banyak tenaga.
"Mereka kelelahan," ucap dokter dari sebuah rumah sakit, di mana dia menceritakan ada temannya yang menangani 400 pasien dalam waktu delapan jam.
Si sumber mengisahkan bagaimana koleganya itu menangani "pasien yang langsung cepat meninggal, sehingga tidak bisa mereka selamatkan".
"Mereka jelas mendapat banyak tekanan," ujar si dokter anonim, yang menambahkan pihaknya kini membuka bagian psikologi untuk melakukan pengawasan.
Sementara ada dokter lain yang menuturkan mereka mendapat permintaan tolong dari warga Wuhan yang terlalu takut untuk pergi keluar.
"Kami bias mendengar permintaan tolong mereka. Namun tangan kami juga terikat. Tak ada yang bisa kami lakukan," cetus dia.
Baca juga: 1.113 Orang Meninggal, 500 Petugas Medis Terinfeksi Virus Corona di Wuhan