Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Pakistan yang Terjebak di Wuhan Tak Bisa Hadir di Pemakaman Ayah

Kompas.com - 12/02/2020, 15:02 WIB
Miranti Kencana Wirawan,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber Reuters

 ISLAMABAD, KOMPAS.com - Dari kamar asramanya di Wuhan, China, Hassan mengungkapkan bahwa dia terakhir kali berbicara dengan sang ayah pada Kamis pekan lalu (7/2/2020).

Saat itu, ayah mahasiswa asal Pakistan berusia 27 tahun tersebut memintanya untuk pulang. Besoknya, ayahnya meninggal dunia karena sakit jantung.

"Mereka membutuhkan saya saat ini. Ibu saya sangat membutuhkan saya," ujar mahasiswa doktoral jurusan arsitektur komputer tersebut karena tak bisa datang di pemakaman sang ayah.

Baca juga: Gara-gara Virus Corona, Menu Olahan Ular dan Biawak Dihapus dari Grabfood

Hassan hanya satu dari 1.000 mahasiswa asal Pakistan yang sampai saat ini masih terjebak di Wuhan, kota asal virus corona, dan belum dievakuasi.

Dilansir Reuters Senin (10/2/2020), sejumlah mahasiswa Pakistan lain juga sependapat dengan Hassan, dan melayangkan kritik kepada Islamabad.

Sebab, negara rival mereka di Asia Selatan seperti India, serta Bangladesh mampu memulangkan warganya dari ibu kota Provinsi Hubei tersebut.

Karena tidak mendapat kejelasan dari pemerintah, kebanyakan pelajar Pakistan dan keluarganya, termasuk anak kecil, harus menghabiskan waktu di dalam asrama.

Empat di antaranya bahkan mengalami kecemasan dan depresi. Sebab, mereka dilanda ketakutan kapankah wabah ini akan berakhir.

Kecemasan yang dirasakan para pelajar ditanggapi oleh Menteri Kesehatan Zafar MIrza melalui kicauannya di Twitter, pada Minggu (9/2/2020).

Baca juga: 1.000 Mahasiswa Pakistan di Kota asal Virus Corona Kecewa Belum Dievakuasi

"Para pelajar saya yang tersayang di China, kami terus mendiskusikannya di level tertinggi, dan mempertimbangkan keputusan terbaik dengan melihat berbagai faktor," katanya.

Hassan berkata, pihak kampus sebenarnya sudah menghubunginya dan mendukungnya jika ingin keluar dari Wuhan.

Selain itu berdasarkan keterangan dari otoritas di China, dia bisa dievakuasi jika saja Kementerian Pakistan di Beijing menghubungi. Namun, momen itu tak pernah terjadi.

Saat dikonfirmasi Reuters, juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan menolak memberikan komentar atas kabar tersebut.

Kemenlu China sebelumnya sudah menyatakan setiap negara yang ingin memulangkan warganya, mereka bakal mengurusnya dan menawarkan bantuan sesuai ketentuan internasional.

Baca juga: Tak Bisa Pulang karena Virus Corona, Izin Empat TKA asal China Diperpanjang

Hassan menuturkan dia diberi tahu otoritas Pakistan bahwa seluruh pelajar bisa dipulangkan. Namun pernyataan itu berubah menjadi kekecewaan setelah dilangsungkan konferensi video.

Islamabad mengaku bahwa mereka tidak mempunyai fasilitas karantina yang diperlukan untuk memeriksa mereka dari ancaman virus corona.

Juru bicara Mirza mengatakan melalui telepon, pemerintah Pakistan menaruh perhatian akan kesejahteraan mahasiswa Pakistan di Wuhan.

Namun, aturan pemerintah China tidak mengizinkan siapa pun meninggalkan Hubei. Meski begitu, situasinya tetap dipantau.

Sahil Hassan, mahasiswa doktoral asal Pakistan lainnya mengungkapkan kekecewaannya terhadap Pemerintah Pakistan.

"Setelah panggilan telepon itu kami tidak lagi berharap pemerintah kami akan mengevakuasi kami. Kami sangat kecewa kepada mereka," jelasnya.

Baca juga: Dampak Virus Corona, Devisa Pariwisata Indonesia Dapat Berkurang 40 Triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com