Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Selamat Kisahkan Sembunyi dari Tentara Thailand yang Bunuh 29 Orang

Kompas.com - 10/02/2020, 13:21 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC,AFP

NAKHON RATCHASIMA, KOMPAS.com - Para korban selamat penembakan Korat (Nakhon Ratchasima) mengisahkan kembali horor ketika tentara Thailand membunuh 29 orang.

Jakraphant Thomma menembaki kuil dan pusat perbelanjaan di Distrik Muang pada Sabtu, sekitar pukul 15.30 waktu setempat (8/2/2020).

Sebelumnya, dia sempat terlibat pertengkaran dengan komandannya, di mana dia kemudian pergi ke gudang senjata, mencuri senapan dan amunisi.

Baca juga: Fakta Tentara Thailand Bunuh 26 Orang: Dipicu Jual Beli Rumah hingga Datangkan Ibu untuk Negosiasi

Aksinya berhenti setelah dia ditembak mati pada Minggu pukul 09.00 (9/2/2020), dalam baku tembak yang berlangsung selama 17 jam.

Selain 29 orang tewas dalam penembakan Korat, Perdana Menteri Prayut Chan-O-Cha menyebut ada 57 terluka dalam "insiden yang tidak diduga".

Apa yang dikatakan korban selamat?

Korban tewas Jakraphant kebanyakan terbaring di jalanan ketika dia sampai, dengan foto maupun videonya menyebar di media sosial.

Di dalam Terminal 21, kompleks perbelanjaan yang didesain seperti bandara, para pengunjung yang ketakutan tak tahu apakah harus kabur atau bersembunyi.

Ada yang bersembunyi di toilet perempuan. Seperti yang dialami Chanathip Somsaku. Guru musik 33 tahun yang bersembunyi bersama istrinya.

Mereka bergegas meraih media sosial mereka dan mulai memberi tahu teman maupun kerabat, dengan anak mereka, Chopin, duduk dengan waspada di ujung.

Baca juga: Tentara Thailand Ini Bunuh 26 Orang di Korat karena Masalah Jual Beli Rumah

Dilansir AFP, Chanathip dengan waspada memperhatikan perkembangan di mana si tentara Thailand berada dengan kamera pengawas (CCTV).

"Teman yang bekerja di mall ini mencoba menghubungi orang di bagian CCTV. Kami terus mendapat pembaruan CCTV di mana pelaku berada," ujarnya.

Ketika akhirnya polisi tiba pukul 21.00, mereka mulai beranjak keluar. Namun kembali panik begitu suara tembakan kembali terdengar.

Chanathip mengatakan, informasi CCTV yang dia dapat dari temannya benar-benar membantu. Sebab dengan banyaknya simpang siur, sulit untuk langsung percaya.

Diaw, salah satu korban selamat lain, kepada Amarin TV via BBC menceritakan bagaimana Jakraphant menembak secara tepat ke berbagai penjuru.

Dengan akurat, prajurit berpangkat Sersan Mayor itu mengincar kepala korban. Diaw berkata bahwa salah satu temannya terbunuh karena tembakan Jakraphant.

Charlie Crowson, guru bahasa Inggris yang tinggal di Korat, menuturkan bahwa pacar dari salah satu mantan muridnya ikut terbunuh.

Baca juga: 26 Tewas dalam Penembakan di Thailand, Ini Kronologi hingga Pelaku Ditembak Mati

Kemudian Lapasrada Khumpeepong mengisahkan dia dan ibunya terperangkap di kamar kecil lantai dasar, dan bersembunyi selama lima jam.

"Terima kasih kepada Anda yang sudah berkorban supaya orang lain bisa hidup. Tanpa kalian, kami tak akan ada di sini," jelas Lapasrada.

Berdasarkan sumber internal militer, Jakraphant adalah tentara dengan kemampuan menembak bagus. Bahkan sempat mengikuti latihan menyergap.

Dalam keterangan Prayut, si tentara Thailand itu melakukan aksinya karena dipicu masalah jual beli rumah dengan kerabat komandannya.

Si komandan, Kolonel Anantharot Krasae, ikut terbunuh dengan Jakraphant mencuri pistolnya sebelum menyerang penjaga gudang senjata.

Baca juga: 27 Orang Tewas dalam Penembakan Korat, Termasuk Si Tentara Thailand

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC,AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com