Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona yang Sudah Membunuh 490 Orang Bakal Mendapat Nama Resmi

Kompas.com - 05/02/2020, 17:49 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

LONDON, KOMPAS.com - Virus ini sudah menyebar di lebih 20 negara, membunuh 490 orang dan menginfeksi lebih dari 23.000 orang sejak Desember 2019.

Meski begitu, virus corona yang berasal dari Pasar Seafood Huanan di Wuhan, Provinsi Hubei, China itu ternyata belum mendapat nama resmi.

Sekelompok ilmuwan menyatakan, mereka tengah menjadikan isu ini sebagai prioritas, dan bakal menyiapkan dokumen penamaan resmi.

Baca juga: Wabah Virus Corona, Maskapai Cathay Pacific Minta 27.000 Karyawannya Ambil Cuti Tak Dibayar

Komite Internasional Taksonomi Virus (ICTV) sudah mendapat "tugas penting" untuk memutuskan secara formal nama resmi bagi virus corona.

Menurut asisten profesor di Johns Hopkins Center for Health Security, Christal Watson mengatakan, penamaan itu mengalami penundaan.

Sebab dilansir BBC via Channel News Asia Rabu (5/2/2020), fokus dunia saat ini adalah menanggulangi penyebaran virus Wuhan itu.

Dia menuturkan bahwa penyebutan itu menjadi penting, merujuk kepada penamaan sementara dari Badan Kesehatan Dunia, atau WHO.

Dia menuturkan, patogen dengan kode 2019-nCov itu dianggap terlalu sulit untuk dipakai, dan membuat media maupun publik menggunakan nama berbeda.

Novel coronavirus adalah jenis virus corona yang belum teridentifikasi. Kata "n" merujuk kepada novel (baru), dan nCov adalah coronavirus.

"Bahayanya jika tidak menggunakan nama baku adalah publik memakai Virus China, nama yang bisa menciptakan kericuhan karena merujuk pada populasi tertentu," ucap Watson.

Dia menuturkan orang mulai menggunakan "Virus China" atau "Virus Wuhan" karena dibantu dengan masifnya unggahan di media sosial.

Padahal, panduan WHO dengan jelas menekankan bahwa nama penyakit tidak boleh mencakup lokasi geografis seperti kota, negara, atau benua.

Baca juga: Sebut Ada Virus Corona di Balikpapan, 2 Perempuan Jadi Tersangka Penyebar Hoaks

Dia mencontohkan Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS), Flu Spanyol, atau encephalitis Jepang sebagai penyebutan yang harus dihindari.

Selain menghindari nama wilayah, penamaan tersebut juga tidak boleh memasukkan nama orang, spesies atau kelas binatang, maupun makanan.

Penamaan bisa mencakup deskripsi gejala, maupun informasi spesifik lainnya seperti kelompok umur, perjalanan waktu, tingkat keparahan, hingga lingkungan.

Profeseor virologi yang masuk dalam anggota ICTV mengatakan, mereka sudah mulai mendiskusikan nama baru sejak dua pekan lalu.

Langkah terbaru mereka adalah memasukannya ke dalam jurnal ilmiah demi kepentingan publikasi, dan berharap bisa mengumumkannya dalam beberapa hari mendatang.

Nantinya, nama baru virus corona itu tidak akan membuat "lidah terselip", dengan kata lain, pengucapannya bakal lebih mudah dibanding penyakit lainnya.

Baca juga: Mengapa Ekonomi Global Lebih Rentan Virus Corona Dibanding SARS?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com