WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Sebanyak 64 tentara AS dilaporkan menderita cedera otak setelah serangan rudal Iran yang menghantam dua pangkalannya pada 8 Januari lalu.
Jumlah itu mengalami peningkatan setelah pada awal pekan ini, Pentagon mengonfirmasi bahwa ada 50 serdadunya yang mengalami luka.
Tim medis militer melakukan pemeriksaan terhadap hampir 250 tentara AS, 22 hari sejak rudal Iran menyasar Pangkalan Ain al-Assad dan Irbil di Irak.
Baca juga: 50 Tentara AS Terluka akibat Serangan Rudal Iran
Hasilnya seperti dilansir CNN Kamis (30/1/2020), dari 64 orang yang mengalami cedera otak, 39 di antaranya sudah kembali bertugas.
Dalam konferensi pers, Chairman Kepala Staf Gabungan, Jenderal Mark Milley menutukan, kasus yang mereka dapati adalah cedera otak traumatis ringan (mild TBI).
Luka itu dilaporkan membutuhkan waktu hingga gejalanya mulai nampak. Karena itu menurut Milley, jumlah korban terus mengalami penambahan.
"Beberapa dari mereka sudah dibawa ke Eropa. Ada juga yang dievakuasi kembali ke AS agar ada penanganan berlapis. Kami akan terus memantaunya bersama pakar kami," ujarnya.
Sebelumnya, baik Pentagon maupun Presiden Donald Trump menuturkan, tidak ada pasukan AS yang terluka atau tewas dalam serangan 8 Januari.
Saat menghadiri Forum Ekonomi Dunia di Davis, Swiss, Trump menyiratkan tidak terlalu mempersoalkan cedera otak itu bisa separah luka dalam pertempuran.
"Tidak, saya dengar mereka mengalami sakit kepala. Namun bisa saya katakan dan laporkan, tidak ada yang serius," jelas presiden 73 tahun itu.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan