Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Disebut Kremasi Jenazah Korban Virus Corona

Kompas.com - 31/01/2020, 15:56 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - China disebut melakukan kremasi terhadap korban virus corona, di tengah wabah yang sudah mejangkiti lebih dari 9.000 orang itu.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan keadaan darurat global setelah virus itu membunuh 213 sejak pertama kali tercatat pada Desember 2019.

Keraguan jumlah korban meninggal menyeruak, setelah muncul kabar bahwa otoritas China melalukan kremasi terhadap jenazah korban virus corona.

Baca juga: Saat Negara-negara Mengevakuasi Warganya dari Wuhan karena Virus Corona

Jurnalis Deutsche Welle William Yang mengunggah harian berbahasa China, Initium, yang disebut mewawancarai sejumlah petugas krematorium.

"Mereka mengonfirmasi bahwa banyak jenazah yang langsung dikirim dari rumah sakit ke krematorium tanpa melakukan identifikasi," jelas Yang.

Dikutip New Zealand Herald Kamis (30/1/2020), terdapat dugaan bahwa mayat yang dikirim adalah korban virus, namun tak dimasukkan data resmi.

"Jadi, terdapat alasan untuk skeptis soal apa yang dibagikan China kepada dunia," paparnya. Dia menjelaskan bahwa Beijing memang transparan soal virus itu.

Namun, ada hal lain yang masih tetap tidak bisa diyakini kevalidannya. Seperti dugaan korban meninggal dari patogen berkode 2019-nCov itu.

Sejumlah pakar menuturkan, masih banyak pertanyaan tentang virus itu yang masih belum terjawab. Seperti seberapa cepat penyebarannya dan tingkat parahnya.

Itulah yang menjadi dasar WHO memutuskan menaikkan statusnya menjadi darurat dunia, sehingga penanganan virus itu bisa dilakukan dalam skala global.

Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus berujar, perhatian pihaknya saat ini adalah virus itu bisa menyerang negara dengan sistem kesehatan yang lemah.

Baca juga: 187 Orang Telah Sembuh, Bagaimana Cara Pasien Virus Corona Dirawat ?

Alasan utama status darurat dunia ini diumumkan bukan karena apa yang terjadi di China. Namun apa yang tengah berlangsung di dunia," ujar Tedros.

Dia menerangkan bahwa virus China itu adalah "wabah tak terduga" yang harus ditangani juga secara "tak terduga" untuk membendungnya.

Sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, Perancis, dan Australia memutuskan untuk melakukan evakuasi terhadap warganya dari Wuhan.

Kota yang berlokasi di Provinsi Hubei tersebut merupakan lokasi pertama yang mencatatkan virus, dengan asalnya dari Pasar Seafood Huanan.

Kesimpulan itu diambil setelah mereka memastikan bahwa 31 dari 33 sampel positif yang diambil berasal dari kawasan barat pasar.

Zona barat itu disebut merupakan penjualan hewan liar dan eksotis seperti anak serigala, rubah, kelelawar, hingga burung merak.

Baca juga: Benarkah Virus Corona Tak Bisa Hidup di Atas Suhu 23 derajat Celcius?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com