Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik Transisi Kekuasaan Mahathir, Anwar Ibrahim Minta Perdebatannya Dihentikan

Kompas.com - 23/01/2020, 21:38 WIB
Ericssen,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com – Polemik mengenai transisi kekuasaan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, memasuki babak baru dengan pernyataan Anwar Ibrahim.

Presiden Partai Keadilan Rakyat (PKR) itu meminta agar petinggi senior partai anggota koalisi Pakatan Harapan berhenti berdebat di publik.

“Saya meminta seluruh petinggi Pakatan Harapan untuk tak membahas isu suksesi kekuasaan dengan terbuka, dan menghormati kesepakatan yang sudah dicapai pada Januari 2018.” pinta Anwar dilaporkan Malaysia Kini, Rabu (22/01/2020).

Baca juga: Mahathir Siratkan Serahkan Kekuasaan ke Anwar Ibrahim Setelah KTT APEC 2020

Seperti diketahui, kesepakatan Januari 2018 menyangkut janji Mahathir untuk menyerahkan kursi orang nomor satu Malaysia kepada Anwar Ibrahim setelah dua tahun menjabat, atau Mei 2020.

“Kita harus memastikan transisi berjalan dengan lancar dan damai.” lanjut Anwar.

Konflik Internal Pakatan Harapan

Suhu politik di internal koalisi Pakatan Harapan yang berkuasa sejak Mei 2018 meningkat menjelang semakin dekatnya tenggat waktu yang disetujui.

Sejauh ini, perdana menteri dengan julukan Dr M tersbut tidak menyebut pasti kapan dia akan segera meletakkan jabatan.

Terakhir, politisi 94 tahun itu berkata bakal turun setelah perhelatan KTT APEC di November 2020, di mana Malaysia bertindak sebagai tuan rumah.

Namun setelah itu, PM yang pernah berkuasa di periode 1981 sampai 2003 itu diketahui kerap mengubah-ubah jawabannya.

Politisi dari Partai Aksi Demokratik (DAP) selaku anggota koalisi Pakatan, Ramkarpal Singh, mengawali ketegangan transisi kekuasaan tersbut.

Baca juga: Popularitas Anjlok, Mahathir Sindir Rakyat yang Kembali Dukung Najib Razak

Dia meminta Mahathir bertanggung jawab atas serangkaian kekalahan yang diderita para jagoan Pakatan di pemilu sela.

Anggota parlemen dari Penang itu menyarankan Mahathir segera mengumumkan tanggal pasti peralihan kepemimpinan di tengah terus merosotnya popularitas Pakatan di mata publik.

Menteri Pemuda dan Olahraga Syed Saddiq dari Partai Bersatu pimponan Mahathir tidak terima dengan seruan yang dikumandangkan Ramkarpal.

Menteri berusia 27 tahun tersebut menyerang pendukung pendukung Anwar Ibrahim yang terus menggunjingkan kapan jagoannya itu bakal naik sebagai PM.

Saddiq menyindir loyalis Anwar memperkeruh keadaan sehingga mempersulit Mahathir menjalankan roda pemerintahan.

Deputi Menteri Besar Penang, P Ramasamy, yang juga petinggi senior PKR, balik menyerang Saddiq, dengan mengingatkan Pakatan tak akan bisa menang pemilu 2018 tanpa semangatreformasi yang digulirkan Anwar pada 1998.

Baca juga: Bertemu Mahathir, Anwar Ibrahim Kembali Tegaskan akan Jadi PM Malaysia

“Tidak ada yang memaksa Mahathir untuk mundur, tetapi kami ingin beliau menetapkan tanggal pasti suksesi kekuasaan.” ucap Ramasamy.

Kemelut internal yang mendera Pakatan Harapan semakin memperumit peluang Anwar untuk menggantikan Mahathir.

Anwar memang harus waspada. Sebab berdasarkan rumor yang beredar, tidak semua elite koalisi menginginkannya menjadi penerus Mahathir.

Anggota parlemen dari Port Dickson itu bisa terancam gagal mencapai mayoritas 112 kursi yang dibutuhkan untuk menjadi orang nomor satu di Malaysia.

PKR memang paling getor menyerukan agar Mahathir memenuhi janjinya. Namun ada faksi PKR lain yang memainkan manuver berbeda.

Faksi itu dipimpin Azmin Ali, menteri ekonomi yang disebut merupakan pesaing kuat bagi Anwar Ibrahim dalam menggamit kursi perdana menteri.

Sudah menjadi rahasia publik, Azmin disebut adalah pilihan yang paling "sreg" bagi Mahathir untuk menduduki kursi PM Malaysia.

Baca juga: Mahathir Pastikan Serahkan Kekuasaan kepada Anwar Ibrahim

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com