Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim, Australia Jadi Negara Terpanas dan Terkering 2019

Kompas.com - 20/01/2020, 09:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan, tahun 2019 suhu bumi rata-rata mencapai rekor tertinggi kedua dalam sejarah.

Suhu panas tertinggi yang pernah tercatat di dunia adalah di tahun 2016.

Organisasi yang berbasis di Jenewa, Swiss tersebut mengumpulkan data dari berbagai pengukuran di dunia, di antaranya yang dikumpulkan Badan Angkasa Luar milik Amerika Serikat (NASA) dan Data dari Kantor Cuaca Inggris.

Menurut WMO, semua penduduk dunia harus bersiap-siap menghadapi suhu udara yang lebih panas dan dapat mengakibatkan bencana, seperti kebakaran semak yang terjadi di Australia.

Baca juga: Kebakaran Australia: Ini Misi Penyelamatan Pohon Pinus Dinosaurus

Data yang disimpulkan WMO menunjukkan, suhu global di tahun 2019 adalah 1,1 derajat Celsius di atas sebelum industri revolusi.

Angka ini kemudian dianggap sebagai angka yang aman.

"Kita akan menghadapi suhu yang lebih ekstrem di sepanjang tahun 2020 dan juga selama beberapa dekade mendatang. (Ini) disebabkan gas rumah kaca yang ada di atmosfer," kata Sekjen WMO, Petteri Taalas.

"Australia sudah mengalami tahun paling panas dan paling kering dalam sejarah di tahun 2019, membuat terjadinya kebakaran semak yang sudah memakan korban begitu banyak orang, properti, satwa liar, ekosistem, dan lingkungan."

Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim telah menyebabkan cuaca sangat buruk seperti gelombang panas di Eropa di tahun 2019, serta badai topan yang pernah menghantam Kepulauan Bahamas di Karibia dan menewaskan sedikitnya 50 orang.

Dalam kesepakatan yang dicapai di Paris tahun 2015, dunia menyetujui untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, sehingga pemanasan global tidak melebihi 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri.

Di atas angka tersebut, pemanasan global akan menyebabkan terumbu karang di dunia musnah dan juga melelehnya lapisan es di Kutub Utara.

Namun WMO mengatakan bila dunia tidak melakukan apapun, maka suhu dunia bisa naik antara 3 sampai 5 derajat Celsius.

Amerika Serikat, sebagai negara penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia, serta produsen minyak dan gas besar, telah menarik diri dari Perjanjian Paris tahun lalu.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump meragukan pendapat para ilmuwan mengenai pemanasan global.

Namun dalam pertemuan dengan wartawan hari Rabu lewat video, para ilmuwan Amerika Serikat mengatakan data yang ada menunjukkan adanya pemanasan global.

Baca juga: BMKG: Asap Kebakaran Hutan Australia Tidak akan Sampai Indonesia

Suhu terpanas tercatat dalam sejarah sebelumnya adalah di tahun 2016, ketika terjadinya fenomena cuaca yang dikenal dengan nama El Nino, yang membuat suhu permukaan laut naik 1.2 derajat Celcius.

"Di masa depan, kemungkinan yang terjadi adalah El Nino yang lebih panas dibandingkan sebelumya," kata ilmuwan WMO, Omar Baddour.

"Kita sudah harus mengibarkan bendera merah (tanda bahaya) sekarang."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com