Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putin Usulkan Reformasi Konstitusi Rusia

Kompas.com - 16/01/2020, 08:12 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

MOSKWA, KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin mengusulkan reformasi terhadap konstitusi, yakni referendum untuk memperkuat parlemen.

Langkah itu memunculkan spekulasi mengenai masa depan politik sang presiden setelah berkuasa lebih dari 20 tahun.

Meski, Putin tidak memberikan petunjuk sedikit pun mengenai apa yang dia lakukan jika masa jabatannya habis 2024 mendatang.

Baca juga: Putin dan Assad Tertawa Saat Bahas Trump, Apa yang Mereka Bicarakan?

Usulan itu juga terjadi jelang pemilihan parlemen 2021 mendatang, di mana tingkat kepuasan terhadap partai penguasa Rusia Bersatu berada di angka rendah.

Dalam pidatonya di hadapan para politisi, Putin menyatakan pejabat publik harus punya peran yang kuat di pemerintahan.

"Saya berpikir mungkin sudah saatnya menggelar referendum atas paket amendemen atas konstitusi negara," jelasnya dikutip AFP Rabu (15/1/2020).

Mantan agen rahasia Uni Soviet (KGB) itu berkata, Rusia akan bisa makmur jika dibangun atas penghormatan terhadap kepercayaan publik.

Perubahan itu bakal memberikan parlemen wewenang untuk memilih perdana menteri dan menteri kabinet, alih-alih presiden.

Baca juga: Vladimir Putin Dikabarkan Akan Datang ke Indonesia

Peran gubernur daerah bakal ditingkatkan, dengan parlemen bakal diajak berembug mengenai penunjukan penegak hukum senior.

Namun, kekuasaan utama tetap berada di tangan presiden. "Rusia harus tetap menjadi republik presidensial yang kuat," tegasnya.

Sebanyak 1.300 menghadiri pidato yang berlangsung selama 70 menit itu. Di antaranya hakim senior, gubernur, hingga tokoh agama.

Kemudian para politik baik dari majelis rendah Duma, hingga majelis tinggi Dewan Federasi Rusia, dilaporkan AFP.

Putin berkuasa selama dua dekade menyusul pengunduran diri Boris Yeltsin yang mengejutkan pada Malam Tahun Baru 1999 silam.

Baca juga: Putin Undang Trump untuk Berkunjung ke Rusia

Sejak saat itu, pemimpin 67 tahun tersebut memegang tampuk kekuasaan. Dia sempat menjadi perdana menteri ketika sekutunya, Dmitry Medvedev, jadi presiden di 2008.

Tantangan yang muncul di periode keempatnya terbilang berat, dengan tingkat kepuasan publik atasnya menurun tajam.

Tingkat penerimaan publik terhadap Putin yang terbaru berada di angka 68-70 persen, menurun dibandingkan 80 persen saat dia kembali terpilih.

Dihantam sanksi negara Barat akibat pendudukan Crimea di 2014, ekonomi Rusia stagnan, dengan rakyat mulai kehilangan banyak pendapatan.

Puncaknya adalah di musim panas 2019, ribuan orang berunjuk rasa menentang tereliminasinya sejumlah kandidat oposisi dari pemilihan lokal.

Demonstrasi tersebut berujung kepada penahanan skala besar, dan hukuman berdurasi panjang bagi sejumlah pelaku demo.

Baca juga: Putin Sebut Rusia Telah Unggul dalam Senjata Hipersonik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com