Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Petahana Taiwan Penentang China Menang Pemilu

Kompas.com - 12/01/2020, 12:04 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

TAIPEI, KOMPAS.com - Presiden Petahana Taiwan, Tsai Ing-wen, yang dikenal menentang China, mengklaim menang dalam pemilu.

Dilansir AFP via Channel News Asia Sabtu (11/1/2020), dia menjadi perempuan pertama yang menjadi orang nomor satu selama dua periode.

Tsai Ing-wen disambut ribuan pendukungnya di luar markas Partai Progresif Demokratik, dalam hasil yang bakal membuat marah China.

Baca juga: Kapal Induk Terbaru China Kembali Lintasi Selat Taiwan

Dalam pemilu, petahana berusia 63 tahun itu meraup 57,1 persen dengan 8,2 juta suara. Lebih banyak 1,3 juta dibandingkan 2016.

Dia mengalahkan pesaingnya dari Kuomintang, Han Kuo-yu yang dikenal dekat dengan Beijing, setelah memperoleh 39 persen.

"Hari ini (Sabtu), kita mempertahankan kemerdekaan dan demokrasi kita. Esoknya, mari kita bersatu mengalahkan segala tantangan yang ada," katanya.

Dalam pidato kemenangannya, Tsai meminta Beijing untuk menanggalkan ancaman mereka yang bakal menyatukan Taiwan lewat kekerasan.

"Kami menunjukkan kepada dunia betapa kami menjunjung tinggi demokrasi, dan menjunjung tinggi negara kami," tegasnya dikutip BBC.

China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayah mereka sejak berakhirnya perang saudara mematikan pada 1949 silam.

Selama empat tahun sejak Tsai berkuasa pada 2016, Negeri "Panda" menekan pulau berdikari itu dengan tekanan ekonomi hingga militer.

Namun, taktik itu malah membuat rakyat berbondong-bondong memberikan suaranya bagi Tsai. Salah satunya dipicu aksi protes di Hong Kong.

Dari AS, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo memberikan selamat dan mengapresiasi komitmen Tsai mempertahankan stabilitas Selat Taiwan.

Baca juga: Tolak Tawaran dari Perusahaan China, Tuvalu Mantap Mendukung Taiwan

"Tidak Ada Ancaman"

Tsai Ing-wen memosisikan dirinya sebagai pembela nilai-nilai demokrasi, di tengah tekanan otoritarian China yang dipimpin Presiden Xi Jinping.

Beijing telah berjanji, mereka akan menyatukan kembali wilayah tersebut. Bahkan menggunakan kekerasan jika diperlukan.

Mereka berusaha menyingkirkan Tsai karena sejak awal terpilih, dia telah menolak untuk mengakui prinsip "satu China".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com