Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Natuna, Menteri Susi, dan "Stay Cool, Man"

Kompas.com - 12/01/2020, 11:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Kelebihan Susi adalah ia dapat berkomunikasi dengan bahasa Inggris praktis. Sehingga, apa yang disampaikannya bisa dengan mudah dipahami. Ia tidak memiliki hambatan dalam komunikasi di forum-forum internasional.

Salah satu yang mengemuka adalah pendapatnya tentang traditional fishing right yang tidak bisa di terjemahkan sebagai “bebas mencuri ikan” di wilayah negara orang lain.

Dari ini saja sudah menunjukkan kelebihan Sang Menteri dengan para pejabat pemerintah lainnya. Ia berani dan pandai berbahasa Inggris praktis sehingga mampu menjelaskan dengan loud and clear serta tegas dalam bersikap.

Skill seorang Susi

Di awal masa jabatannya, sudah menjadi rahasia umum bahwa para penegak hukum laut Indonesia sulit berkumpul dalam satu wadah, terlebih dalam satu naungan komando dan pengendalian lapangan.

Ketika itu ada Bakamla kemudian Bakorkamla dan kemudian entah apalagi namanya.

Tidak banyak yang mengira bahwa kemudian Susi justru membangun sebuah satuan tugas yang dinamakan Satgas 115.

Satgas ini menghimpun seluruh kekuatan di laut termasuk Angkatan Laut dan menempatkan dirinya sendiri sebagai Komandan Satgas.

Tidak begitu jelas apa penyebabnya, akan tetapi satgas ini ternyata sangat sukses dalam pelaksanaan program kerja mengawasi perairan Indonesia dengan jargon yang sangat populer yaitu “tenggelamkan kapal pencuri ikan”.

Sebuah kecerdasan dalam menyusun strategi kerja lapangan yang efektif efisien.

Di sini terlihat bahwa kemampuan leadership dan manajemen Susi, terutama dalam hal decission making procces, amat menonjol.

Setelah satgas terbentuk mulai bermunculanlah berita mengenai kapal-kapal yang ditenggelamkan. Aktivitas pencurian ikan di laut nusantara pun menurun drastis.

Tidak hanya leadership dan management skill yang mengemuka, Susi juga memperlihatkan commandership dan kemampuan mengatasi konflik-konflik internal, termasuk mengoordinasikan institusi-institusi di luar kementeriannya, meskipun terlihat beberapa kali perbedaan pandangan dengan menteri koordinator di atasnya.

Skill yang dimiliki Susi yang disebut di atas sebenarnya adalah implementasi praktik lapangan dari beberapa mata ajaran utama di lembaga pendidikan sekelas war college.

Pada titik inilah, banyak orang mengakui bahwa Sang Ibu ini memang seorang yang “street smart”, memperoleh ilmu dari perjalanan panjang sejak bergiat sebagai tukang ikan hingga menjadi bos sebuah maskapai penerbangan charter Susi Air.

Pengalaman itu menempatkannya sebagai “right woman on the right place” saat ia ditunjuk mengomandani Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Mengapa Susi tak diangkat lagi?

Pertanyaannya, kenapa Susi tak kembali ditunjuk sebagai menteri di periode kedua pemerintahan Jokowi?

Kita tidak usah membuang waktu untuk mencari jawaban yang tepat atas pertanyaan itu.

Pertanyaan lainnya adalah, apakah jajaran kabinet sekarang tidak secerdas Susi?

Pertanyaan terakhir itu sedang dicari jawabnya oleh Prof Hikmahanto yang mengomentari kedatangan kapal-kapal China plus Coast Guard nya di perairan Natuna. Sebuah “test case” operation sedang berlangsung.

Jawaban atas pertanyaan terakhir itu ditunggu oleh kita semua. Seberapa tegas dan seberapa cerdas pemerintahan periode kedua ini dalam menerapkan strategi nasional pada kebijakan di bidang kelautan.

Sampai di sini, diskusi sekelas obrolan warung kopi dengan teman-teman saya sempat terhenti sejenak.

Terhenti sejenak seolah bersama-sama menanti jawaban dari pertanyaan yang sama itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com