Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disebut Perkosa Korban yang Tidak Sadar, Reynhard Sinaga: Mereka Pura-pura Tidur

Kompas.com - 07/01/2020, 18:10 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

Pernyataan serupa juga ia katakan dalam pembelaan pada sidang tahap pertama pada Juni 2018.

Reynhard memberikan pembelaannya pada sidang tahap pertama dan keempat, dari persidangan terpisah empat tahap ini.

Ia juga mengatakan bahwa apa yang ia lakukan adalah "bagian dari fantasi seksual yang tak lazim, namun bisa ditemukan secara underground (bawah tanah)".

Jaksa -dengan mengacu pada bukti berupa rekaman video yang ditemukan di dua telepon genggam Reynhard- mengatakan bahwa "semua korban diberi obat yang membuat mereka tidak sadar dan ketika dalam keadaan tidak sadar inilah mereka diperkosa".

Jaksa Simkin menyatakan, "Karena dalam keadaan tidak sadar, maka tidak mungkin bagi Reynhard mendapatkan persetujuan dari korban untuk melakukan tindakan seksual".

Reynhard mengatakan "saya tidak setuju" dan menyatakan bahwa para korban "pura-pura tidur, yang adalah bagian dari permainan seks".

Jaksa mengatakan, bagaimana menyimpulkan mereka pura-pura tidur, jika korban "tidak menunjukkan tanda-tanda terangsang secara seksual".

Jaksa menambahkan semua korban -seperti terlihat dalam rekaman video- "memiliki tingkat pernapasan seperti layaknya orang tidur".

Reynhard menjawab, "Saya tidak setuju."

Bukti rekaman video yang diputar di sidang hanya bisa dilihat oleh terdakwa, jaksa, hakim, dan juri. Sementara wartawan dan pengunjung, hanya mendengar suara orang mendengkur dari rekaman video tersebut.

Reynhard mengatakan bahwa "suara dengkuran bisa ditiru [oleh orang yang pura-pura tidur]".

Baca juga: Mengenal dan Bahaya GHB, Obat yang Dipergunakan Reynhard Sinaga kepada Korbannya

Menyanggah dan Menyatakan "Saya Tak Setuju" Berulang-ulang

Jaksa berulang kali mengatakan bahwa semua korban "diberi minuman keras dan obat, yang membuat mereka tidak sadar".

Reynhard menjawab, "Bagaimana mungkin saya memberi mereka obat? Saya bukan ahli bius. Kalau saya memberi mereka obat, korban pasti harus dirawat di rumah sakit atau meninggal dunia."

Jaksa mengatakan, "Ini adalah suatu keberuntungan semata-mata bahwa korban tidak sakit atau meninggal dunia."

Jaksa juga mengatakan Reynhard "mencoba-coba (trial and error) takaran obat, untuk memastikan bahwa korban tidak sadar, namun tidak sampai membuat nyawa mereka terancam".

Baca juga: Di Mata Ibu, Reynhard Sinaga adalah Anak yang Baik dan Rajin Beribadah

Reynhard tetap menyanggah dan menjawab, "Saya tidak setuju."

Jaksa memutar satu rekaman video, di mana jaksa mengatakan korban sepertinya tertidur, tengah diperkosa, dan tiba-tiba korban bergerak.

"Anda [langsung] merapikan celana dan bergerak menjauhi korban. Mengapa Anda bergerak menjauh?" tanya jaksa dan dijawab Reynhard, "Ini tindakan yang normal."

Jaksa melanjutkan, "[Anda menjauh dari posisi korban karena] Anda pasti khawatir korban terbangun dan mendapati Anda tengah memerkosanya."

Reynhard kembali menjawab, "Tidak [setuju]."

Jaksa juga mengatakan Reynhard "harus menciptakan kebohongan demi kebohongan, karena Reynhard tak punya alasan kuat lain untuk membela diri".

Reynhard, lagi-lagi menyanggah, "Saya tidak setuju."

Jaksa mengatakan, "Anda melihat korban, mengeceknya, dan itu yang selalu Anda lakukan, untuk memastikan ia dalam keadaan tidak sadar [untuk kemudian memerkosanya]."

Reynhard menjawab, "Saya tidak setuju."

Reynhard Sinaga dihukum seumur hidup dalam empat persidangan kasus perkosaan berantai terbesar dalam sejarah yudisial Inggris.

Baca juga: Dikaitkan dengan Sosok Pemerkosa Reynhard Sinaga, Ini Tanggapan UI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com