Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Inggris: Bukti Kejahatan Reynhard Sinaga seperti Menonton "1.500 Film DVD"

Kompas.com - 07/01/2020, 16:50 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

Korban tengah keluar di kelab malam, "terpisah dengan pacar dan rekan-rekannya dan menjadi target terdakwa," kata jaksa.

"Rekaman itu sangat menggambarkan tindakan kriminal Reynhard Sinaga, yang dilakukan berulang kali dan lagi terhadap semua korban yang ada dalam dakwaan," kata jaksa.

"Pria umur 19 tahun ini terlentang tak sadarkan diri di lantai apartemen terdakwa dan terdakwa menurunkan celana dan celana dalam sampai ke paha dan bajunya ditarik ke atas."

Saat ditanya jaksa penuntut apakah ia sempat berbicara dengan Reynhard pada keesokan paginya, korban mengatakan, ia bertanya apa yang terjadi dan dijawab bahwa "Saya tidak sadar."

Baca juga: Apa Itu Obat GHB, Rape Drug yang Digunakan Reynhard Sinaga?

Sejumlah pertanyaan yang diajukan pengacara Reynhard, Richard Litter, antara lain, apakah korban memang mau diajak ke apartemen untuk bereksperimen berhubungan seksual sesama jenis.

Pertanyaan yang langsung dijawab "tidak" oleh korban.

Pacar korban pertama yang memberikan kesaksian ini juga dihadirkan sebagai saksi.

Perempuan yang pada saat kejadian disebutkan berumur 20 tahun bercerita bagaimana ia mencari pacarnya dengan menelepon teman-temannya dan juga polisi.

Setelah mendengarkan kesaksian korban pertama dalam sidang keempat ini, jaksa membacakan pesan teks yang dikirimkan Reynhard kepada teman-temannya.

Sejumlah teks antara lain berbunyi, "Saya dapat cowok 19 tahun tadi malam yang lagi bertengkar dengan pacarnya yang menyebalkan. Tapi pagi ini, baru tahu kalau pacarnya menelepon seluruh dunia bahwa ia hilang… telepon teman, ibu dan polisi," tulis Reynhard.

Pesan lain Reynhard kepada temannya berbunyi, "Dia menggairahkan, dan tinggi, cowok baik, kalem dan menyenangkan. Dia pantas mendapat cewek yang lebih baik atau cowok…hahaha. Ya, yang pertama buat dia (berhubungan sesama jenis)"

Baca juga: Berkaca Kasus Reynhard Sinaga, Orientasi Seks Bukan Pemicu Tindak Kriminal

Diperkosa lima kali

Saksi terakhir pada persidangan keempat yang dihadirkan pada Kamis 12 Desember 2019 adalah korban yang pada saat kejadian berumur 20 tahun.

Jaksa mengatakan sama seperti korban-korban pemerkosaan berantai lainnya, "korban terbangun di apartemen terdakwa, tak ingat apa pun, tidak memberikan persetujuan untuk difilmkan atau difoto dan tidak memberikan persetujuan untuk berhubungan seks dengan Reynhard Sinaga."

"Ia juga mengira terdakwa hanya membantunya, namun faktanya Reynhard Sinaga memerkosanya lima kali."

Pada malam kejadian, Kamis 27 April 2017, korban pria ini bersama sejumlah teman-temannya pergi ke kelab malam, yang tak jauh dari tempat tinggal Reynhard.

Selama persidangan yang dihadiri BBC News, Reynhard tampak riang saat memasuki ataupun keluar dari ruang sidang.

Baca juga: Disebut Kasus Pemerkosaan Terbesar dalam Sejarah di Inggris, Ini Modus Reynhard Sinaga

Hakim menyebutkan ia tampak "menikmati jalannya sidang".

Mungkin jumlah korban yang sesungguhnya tak pernah diketahui.

Dalam persidangan yang melibatkan 48 korban pria muda dalam tindak pemerkosaan selama rentang waktu dua setengah tahun ini terungkap, para pria muda dalam keadaan rentan - mabuk dan tersesat- yang menjadi korban Reynhard.

Jaksa dan polisi menyatakan Reynhard menggunakan obat bius GHB untuk membuat korbannya tidak sadar.

Namun, aparat tidak menemukan jejak obat bius di apartemen Reynhard.

Di sisi lain, para pakar mengungkapkan dalam persidangan, gejala yang ditunjukkan para korban pria konsisten dengan orang yang keracunan GHB - obat bius berupa cairan bening atau bubuk yang tak berbau.

Obat yang pada awalnya diproduksi untuk tujuan medis - saat ini dikategorikan sebagai obat terlarang - mudah larut dalam cairan.

Dalam periode 10 tahun sampai 2017, obat bius ini menyebabkan 200 kematian di Inggris. Empat korban di antaranya digunakan pembunuh berantai di Inggris Stephen Port.

Seperti halnya Reynhard, Port menggunakan obat bius ini untuk melakukan perkosaan.

Para pegiat mengatakan pemerintah Inggris tidak berbuat cukup untuk menangani penyalahgunaan obat GHB untuk mencegah korban lebih lanjut.

Dampak terhadap para korban pemerkosaan oleh Reynhard, parah.

Baca juga: Kemenlu Tangani Kasus Pemerkosaan oleh Reynhard Sinaga sejak 2017

Lisa Waters dari Pusat Bantuan Serangan Seksual, St Mary's Sexual Assault Referral Centre mengatakan, "sebagian pria sangat sulit untuk melakukan kegiatan sehari-hari."

Dampaknya bagi para korban antara lain ada yang menggunakan obat bius, tak bisa bekerja lagi, tak bisa melanjutkan studi di universitas, dan ada yang merasa tak berguna lagi dalam keluarganya sehingga meninggalkan keluarganya.

Waters menambahkan, "Sebagian korban bahkan mencoba bunuh diri dan kami mencoba membantu mereka dan berusaha memastikan mereka merasa aman."

Kepolisian Manchester Raya menyatakan "jumlah korban yang sesungguhnya" dari Reynhard Sinaga di luar rentang waktu Januari 2015 sampai Juni 2017 mungkin tidak pernah diketahui.

Namun, kepolisian menyerukan untuk siapa pun yang ingat pernah berada di apartemen Reynhard Sinaga di Manchester untuk melapor.

Selama empat persidangan terpisah, Reynhard sama sekali tidak menunjukkan penyesalan atau simpati terhadap korban.

Ia selalu mengatakan bahwa semuanya "dilakukan atas dasar suka sama suka". Ia juga mengklaim bahwa apa yang ia lakukan bersama korban adalah bagian dari "fantasi seksual".

Pemerkosa berantai terbesar dalam sejarah Inggris ini kini mendekam di penjara Manchester seumur hidup.

Baca juga: Media Inggris Sebut Reynhard Sinaga Peter Pan hingga Predator Seks

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com