PARIS, KOMPAS.com - Perancis menyatakan, dunia jadi "tempat yang lebih berbahaya", menyusul kabar Jenderal Iran Qasem Soleimani tewas diserang AS.
Pernyataan itu dilontarkan oleh Menteri Eropa Amelie de Montchalin, dalam wawancara dengan RTL Radio, dikutip AFP Jumat (3/1/2020).
Montchalin merespons kabar Jenderal Qasem Soleimani yang tewas bersama pemimpin milisi Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis.
Baca juga: Jenderal Qasem Soleimani Tewas Diserang, Trump: Iran Tak Pernah Menang Perang, tapi...
Perwira Iran berusia 62 tahun itu dan Muhandis tewas bersama enam orang lainnya di Bandara Internasional Baghdad, Irak.
"Kami telah membangunkan dunia menjadi tempat yang lebih berbahaya," terang Montchalin. Dia menuturkan, Presiden Perancis Emmanuel Macron bakal berkonsultasi dengan "pemain kawasan".
Montchalin mengatakan, yang mereka inginkan adalah melakuakn de-eskalasi ketegangan sekaligus mencapai stabilitas.
Dia menyatakan, segala upaya yang dilakukan Perancis adalah bertujuan membentuk perdamaian, atau paling tidak, stabilitas di dunia.
"Peran kami adalah tidak memihak salah satu kubu, namun membuat dialog dengan semua pihak yang berkepentingan," tegas Montchalin.
Di China, juru bicara kementerian luar negeri Geng Shuang berkata, negaranya menentang penggunaan kekerasan dalam relasi internasional.
"Kami mendesak semua pihak, terutama AS, untuk tetap tenang dan tidak membuat suasana panas yang semakin memperunyam keadaan.
"Kedaulatan, kemerdekaan, dan wilayah yang ada di Irak haruslah mendapat penghormatan," ucap Geng dalam konferensi pers.
Sebelumnya, AS melalui Pentagon mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, yang diperintahkan oleh Presiden Donald Trump.
Dikatakan bahwa serangan tersebut dilakukan karena Soleimani dan Pasukan Quds yang dia pimpin bertanggung jawab atas kematian ratusan warga AS.
Selain itu, Pentagon mengklaim perwira tinggi bintang dua itu mendalangi berbagai aksi kekerasan yang terjadi di Timur Tengah.
Salah satunya adalah serangan roket yang menewaskan seorang kontraktor sipil AS di Kirkuk pada Jumat pekan lalu (27/12/2019).
Karena kematian kontraktor itu, Washington memerintahkan serangan udara terhadap Hashed al-Shaabi pada Minggu (29/12/2019).
Serangan itu menewaskan sekitar 25 orang, yang dibalas dengan aksi protes dari massa pendukung Hashed di Kedutaan Besar AS di Baghdad.
Baca juga: Jenderal Topnya Tewas Diserang AS, Iran Bersumpah Balas Dendam
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.