Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/12/2019, 16:05 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

TEHERAN, KOMPAS.com - Angkatan laut Iran, China, dan Rusia memulai latihan gabungan selama empat hari di Samudra Hindia dan Teluk Oman.

Pernyataan yang keluar dari komandan armada Iran itu terjadi setelah AS menarik diri dari perjanjian nuklir 2015.

Laksamana Madya Gholamreza Tahani menyatakan, pesan dari latihan gabungan tiga negara itu adalah perdamaian, kemitraan, dan keamanan melalui kerja sama dan persatuan.

Baca juga: Angkatan Laut Amerika Serikat Dilarang Gunakan TikTok

"Dampaknya adalah menunjukkan Iran tidak terisolasi," kata Tahani dalam konferensi pers, seperti dilansir AFP via Channel News Asia Jumat (27/12/2019).

Dia menjelaskan, latihan itu meliputi penyelamatan kapal terbakar, diserang bajak laut, hingga latihan menembak.

Selain Rusia dan China, latihan itu juga diikuti oleh angkatan laut maupun pasukan Garda Revolusi yang dipunyai Teheran.

Televisi Iran menayangkan momen ketika kapal perang Negeri "Beruang Merah" telah berlabuh di pelabuhan Chabahar di kawasan selatan.

Nantinya, kapal dari China bakal segera bergabung dengan Tahani menyebut, mereka adalah "segitiga kekuatan baru di lautan".

Tahani berujar, tujuan dari latihan itu adalah meningkatkan keamanan maritim internasional, hingga memerangi bajak laut dan terorisme.

"Bagi kami, menggelar latihan gabungan ini untuk memperlihatkan hubungan kami sudah berada di fase penting yang memberi dampak," klaimnya.

Ketegangan antara Iran dan AS dimulai setelah Presiden Donald Trump mengumumkan menarik diri dari perjanjian nuklir tahun lalu.

Hubungan itu semakin memanas setelah pada Juni lalu, Teheran mengklaim sudah menembak jatuh drone AS yang dituduh melanggar zona udara mereka.

Klaim tersebut sempat membuat Trump mengotorisasi serangan balasan terhadap Iran, hanya untuk membatalkannya di menit terakhir.

Krisis itu makin bertambah pelik ketika kilang milik perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, di Abqaiq dan Khurais diserang drone.

Kelompok pemberontak asal Yaman, Houthi, mengklaim bertanggung jawab. Namun Washington menuduh Teheran pelakunya.

Baca juga: Kapal Perang Angkatan Laut Kanada Dilaporkan Melintas di Selat Taiwan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com