Pengumuman itu dibuat setelah Erdogan melakukan kunjungan mendadak ke Tunisia, dan bertemu Presiden Kais Saied guna membahas perkembangan Libya.
Negara di utara Afrika itu mengalami gejolak sejak aksi yang didukung NATO menjungkalkan pemimpinnya, Muammar Gaddafi, 2011 silam.
Sejak 2014, negara itu terpecah menjadi dua faksi, dengan GNA yang didukung dunia mengontrol Tripoli dan bermarkas di barat laut.
Baca juga: Wilayah Udara Libya Jadi Medan Perang Drone Tempur Terbesar di Dunia
Sementara pemerintahan Tentara Nasional Libya (LNA) bermukim di timur, dan dipimpin loyalis Gaddafi, komandan Khalifa Haftar.
Sejak awal April, Haftar sudah menggelar serangan untuk merebut Tripoli, di mana dia menuduh GNA menyusupkan "elemen teroris".
Turki dan Qatar mendukung GNA. Sementara Rusia, Mesir, Arab Saudi, hingga Perancis memutuskan berada di sisi Haftar.
Abdelwahed menjelaskan, pengiriman tentara Turki ke Libya bisa membantu pasukan GNA dalam mempertahankan Tripoli.
Dia memaparkan berdasarkan informasi dari komandan GNA, loyalis Haftar sudah menguasai lokasi strategis di selatan Tripoli.
Selain itu, GNA juga mengaku khawatir karena melihat adanya campur tangan Rusia di Haftar, yang sempat dibantah Moskwa November lalu.
"Karena itu, kehadiran serdadu Turki di tanah Libya jelas bisa membantu memberikan perbedaan," terang Abdelwahed.
Baca juga: Bandara Libya Diserang Roket, 4 Warga Sipil Terluka
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.