CHICAGO, KOMPAS.com - Pabrikan pesawat AS, Boeing memecat CEO-nya Dennis Muilenburg.
Dalam pernyataan yang dimuat di situsnya, Boeing menyatakan langkah itu dilakukan demi mengembalikan kepercayaan terhadap perusahaan.
"Dewan direksi memutuskan pergantian kepemimpinan dibutuhkan untuk mengembalikan kepercayaan terhadap perusahaan seiring langkah memperbaiki hubungan dengan regulator, pelanggan, dan pemangku kepentingan lainnya," tulis Boeing, Senin (23/12/2019).
Posisi Muilenburg akan digantikan David L Calhoun yang saat ini menjabat Ketua Dewan Direksi sekaligus Presiden.
Baca juga: Boeing Hentikan Produksi 737 Max, Ekonomi AS Kian Tertekan
"Saya percaya pada masa depan Boeing dan 737 MAX. Saya merasa terhormat bisa memimpin perusahaan hebat ini beserta 150.000 pegawainya yang bekerja keras untuk membentuk masa depan penerbangan," kata Calhoun dalam keterangannya.
Dilansir dari BBC, pemecatan CEO ini merupakan buntut dua kecelakaan pesawat 737 MAX beberapa waktu lalu.
Kecelakaan pertama menimpa Lion Air pada Oktober 2018 lalu. Sebanyak 189 penumpang dan awak Lion Air JT 610 tewas.
Kemudian pada Maret 2019, pesawat Ethiopian Airlines mengalami kecelakaan serupa dan menewaskan 157 penumpangnya.
Baca juga: Boeing Stop Produksi Pesawat 737 MAX, Ini Tanggapan Kemenhub
Semua pesawat B737 MAX telah dikandangkan pada Maret 2019 lalu.
Boeing juga memutuskan untuk menunda produksi pesawat itu sembaru menunggu regulator mensertifikasi keselamatannya.
Hasil investigasi menunjukkan kecelakaan disebabkan sistem kontrol otomatis di pesawat (MCAS) B737 MAX yang rusak.
Boeing menyatakan sistem yang mengandalkan sensor tunggal itu menerima data yang salah. Ini menyebabkan pilot tak bisa mengontrol pesawat dan menerjunkan pesawat ke bawah.
Baca juga: Hendak ke Mana Boeing dan FAA Pasca Tragedi B-737-MAX-8?
Boeing tengah memperbaiki sistem itu dan memperbarui prosedurnya.
Namun para penegak hukum di Amerika Serikat yang menginvestigasi perkara ini menyebut, Boeing sudah mengetahui kesalahan sistem sebelum terjadinya kecelakaan.
Boeing dituding memprioritaskan keuntungan di atas keselamatan dengan terus memasarkan B737 MAX kendati ada cacat sistem.