Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin Mayoritas Senat AS: Pemakzulan Donald Trump Tidak Adil

Kompas.com - 20/12/2019, 11:20 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pemimpin Mayoritas Senat AS Mitch McConnell menilai, pemakzulan terhadap Presiden Donald Trump tidak adil.

Berbicara dari gedung Senat, McConnell mengatakan DPR AS sudah menerapkan sidang paling tidak adil dan terburu-buru.

"Setiap faksi harus menyerah pada kemarahan partisan. Ini adalah sidang bukti tersedikit dalam sejarah AS," katanya.

Baca juga: Rupiah Tidak Terdorong Sentimen Pemakzulan Donald Trump

Donald Trump dianggap bersalah atas pasal pemakzulan Penyalahgunaan Kekuasaan dan Menghalangi Penyelidikan Kongres.

Dilansir AFP Kamis (19/12/2019), sidang itu kemudian bakal berlanjut di level Senat yang diagendakan bersidang Januari 2020.

Republik menjadi mayoritas dengan menguasai 53 dari 100 kursi, dan McConnell mengklaim bakal ada satu hasil nantinya.

Menurut politisi 77 tahun itu, dia sudah mempertimbangkan yang sesuai dengan sedikitnya bukti, proses yang tidak adil, maupun tak sesuai konstitusi.

"Senat harus menempatkannya di jalur yang benar," ujar Pemimpin Mayoritas Senat AS dari daerah pemilihan Kentucky itu.

Banyak kalangan meyakini, para senator Republikan yang merupakan sekutu Trump bakal membebaskan sang presiden dari pemakzulan.

"Tugas itu Senat sudah ditetapkan. Ketika waktunya tiba, kami akan segera memenuhi tugas itu," tegas sang pemimpin mayorityas.

Ucapan itu mendapat tanggapan dari Pemimpin Minoritas Chuck Schumer, yang menggunakan kata-kata McConnell sebagai serangan balik.

"Pemimpin McConnell sudah menerapkan sidang pemakzulan paling tidak adil, terburu-buru, dan sedikit bukti," sindir Schumer.

Dia mengklaim McConnell sudah menghalangi Demokrat guna memanggil sejumlah saksi kunci, yakni para pejabat Gedung Putih.

Baca juga: Ketua DPR AS Bungkam Politisi Demokrat yang Rayakan Pemakzulan Donald Trump

"Para saksi yang kami usulkan adalah orang-orang dari pemerintahan Donald Trump. Mereka bukan Demokrat," katanya.

Dia menjelaskan, kesaksian dari para pejabat Gedung Putih harus didengarkan, tidak tahu apakah nantinya bakal memberatkan.

"Tugas kami di Senat di atas segalanya adalah menggelar sidang yang cepat tetapi juga adil," tutur senator dari New York tersebut.

Trump dimakzulkan setelah percakapan teleponnya dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, pada Juli lalu dilaporkan oleh sumber intelijen.

Dalam percakapan tersebut, Trump disebut menekan Zelensky untuk menyelidiki Joe Biden, calon rivalnya pada Pilpres AS 2020 mendatang.

Selain itu, Trump juga diduga menahan bantuan militer Ukraina sebesar Rp 5,4 triliun yang sudah disahkan Kongres AS sebagai alat untuk menekan Zelinsky.

Baca juga: Donald Trump Dimakzulkan, Bagaimana Awal Mulanya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com