KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dituding memerintahkan pembunuhan model Mongolia, Altantuya Shaariibuu, pada 2006 silam.
Pernyataan itu keluar dari Inspektur Azilah Hadri, salah satu polisi yang dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati.
Altantuya, perempuan yang disebut adalah model Mongolia, menyita perhatian publik Malaysia setelah dia ditembak dan jenazahnya diledakkan.
Baca juga: Makin Tertekan, Najib Razak Terseret Kasus Pembunuhan Model Mongolia
Azilah mengungkapkan fakta itu dalam deklarasi bertanggal 17 Oktober, di mana dia menyebut perintah datang dari Najib Razak.
Dilansir Malaysiakini via Channel News Asia Senin (16/12/2019), Azilah mengaku Najib memberikan instruksi "tangkap dan hancurkan" Altantuya.
Dalam pandangan Najib, perempuan berusia 28 tahun itu dianggap sebagai agen rahasia asing. Saat itu, perintah Najib adalah "tembak Altantuya".
Azilah menuturkan, dia sempat menanyakan maksud pesan itu kepada Najib yang masih menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri (DPM).
"DPM menjawab 'tembak mati", dengan menunjukkan gestur seolah-olah dia melukai lehernya sendiri," kata Azilah dalam kesaksian tertulisnya.
Azilah kemudian menanyakan lagi apa tujuan dari instruksi agar jenazah "si agen asing" dihancurkan dengan peledak.
Najib kemudian menjawab langkah itu dilakukan untuk menutupi jejak, dengan peledaknya bisa diambil dari gudang persenjataan.
Baca juga: Polisi Malaysia Terpidana Mati Kasus Pembunuhan Model Mongolia Ditahan di Australia
Gudang UTK merujuk kepada penyimpanan persenjataan Pasukan Aksi Cepat, satuan elite dalam kepolisian Negeri "Jiran".
Azilah menulis kesaksian itu sebagai bahan pertimbangan Pengadilan Federal agar menggugurkan hukuman mati yang dijatuhkan kepadanya.
Selain itu, dia juga meminta pengadilan ulang, di mana permintaannya bakal direspons pada Selasa besok (17/12/2019).
Setelah ditembak mati, jenazah Altantuya diledakkan menggunakan peledak militer jenis C-4 di Shah Alam pada 2006 silam.
Dia disebut merupakan kekasih Abdul Razak Baginda, analis politik yang sempat menjadi penasihat Najib pada 2000 sampai 2008.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.