TEL AVIV, KOMPAS.com – Israel memutuskan menggelar kembali pemilu pada 2 Maret 2020 setelah pemerintahan yang baru gagal terbentuk.
Pemilu kali ini tak biasa. Sebab bakal menjadi pemilu ketiga dalam rentang waktu setahun terakhir, dan yang pertama dalam sejarah negara tersebut.
Diwartakan The Times of Israel Kamis (12/12/2019), Knesset atau parlemen Israel telah resmi bubar tengah malam waktu setempat.
Baca juga: Exit Poll Pemilu Israel Ketat, Era Benjamin Netanyahu Mendekati Akhir?
Kegagalan pembentukan pemerintahan baru sejak pemilu kedua pada 17 September lalu menjadi alasan pemilu ketiga ini harus digelar.
Baik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dari Partai Likud, maupun oposisi Jenderal Benny Gantz dari Kahol Lavan gagal mencapai angka 61 kursi untuk membentuk pemerintahan mayoritas.
Presiden Reuven Rivlin turun tangan, dan mendesak Netanyahu dan Gantz membentuk koalisi guna mengakhiri kebuntuan politik sejak pemilu pertama 9 April 2019.
Salah satu usul yang diajukan oleh Netanyahu dengan Gantz adalah, mereka bergiliran menjabat sebagai PM dengan rotasi masing-masing dua tahun.
Tetapi, ide ini tidak terealisasi karena tak kunjung tercapainya kompromi di antara dua politisi tersebut.
Baca juga: Perdana Menteri Israel Didakwa Lakukan Korupsi
Gantz menegaskan, dia tidak bisa berkoalisi dengan seseorang yang tengah tersandung kasus hukum, dalam hal ini Benjamin Netanyahu.
PM berusia 70 tahun itu didakwa korupsi berupa penyuapan, pemalsuan, dan penyalahgunaan jabatan dengan menerima hadiah dari pengusaha kaya menaikkan citranya di media lewat kegiatan amal.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.