Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Azura Luna, WNI asal Kediri yang Disebut Lakukan Penipuan di Hong Kong

Kompas.com - 11/12/2019, 15:30 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Situs itu berisi kesaksian dari berbagai orang yang mengaku mengenal Azura, dan berasal dari LA, Paris, New York, hingga Hong Kong.

Situs tersebut berisi cerita mereka yang marah, sedih, dan kecewa karena jadi korban penipuan Azura yang jika ditotal, jumlahnya setengah juta dollar.

Salah satu netizen kemudian memaparkan fakta lain. Nama aslinya bukanlah Azura Luna Mangunhardjono seperti yang diketahui khalayak.

Nama aslinya adalah Enjang Widhi Palupi, seorang WNI asal Kediri, Jawa Timur, yang lahir pada 27 Oktober 1978.

Begitu juga dengan berbagai pengakuan bahwa dia berkuliah di Brown hingga MIT, semua juru bicara mengaku tidak ada nama Azura dalam pusat data mereka.

Berbagai kisah itu pun membuat Azura menjadi incaran banyak orang karena melakukan penipuan, baik tak membayar sewa atau menjual benda palsu.

Seperti Wellfine Properties, mantan pemilik apartemen tempat Azura, yang mengklaim dia berutang 460.000 dollar Hong Kong (Rp 825 juta).

Kemudian seorang asisten rumah tangga yang bekerja selama delapan tahun mengaku menunggak gaji hingga 76.000 dollar Hong Kong (Rp 136,4 juta).

Baca juga: Penipuan Bermodus Penjualan Rumah Syariah, Kerugian Capai Rp 23 Miliar

Terdapat beberapa orang yang melaporkan Azura ke polisi Hong Kong karena penipuan, di mana otoritas saat ini tengah mengusutnya.

Meski banyak bukti menyebutnya penipu, Azura dalam wawancara melalui panggilan video dengan SCMP Agustus lalu mengaku tak bersalah.

Dia mengaku tidak berutang apa pun. "Mungkin kepada pemilik apartemen," akunya. Tapi dia mengklaim sudah menulis cek.

Dia kemudian menceritakan bahwa orangtuanya adalah pekerja kemanusiaan, dan tewas di Timor Leste (dulu Timor Timur) karena melindunginya dari peluru.

Azura Luna mengaku ayahnya adalah keturunan Tionghoa-Belanda-Indonesia, sementara ibunya dari Gujarat, India.

Dia mengungkapkan keduanya bertemu di Madrid ketika ibu Azura bekerja di Museum Prado, sementara ayahnya belajar di Jerman.

Dia berkata bahwa dia lahir di Jerman, dan mengaku selama di Indonesia, dia hanya tinggal di Bali sebelum bertemu Brad.

Dia membantah memperkenalkan dirinya sebagai seorang putri raja, dan selalu menyatakan dirinya dari keluarga biasa saja.

Pakar hipnoterapi klinis, psikoterapi, dan konselor yang berbasis di Hong Kong, Georgina Delamain, memberikan pandangannya.

Menurutnya, perilaku Azura yang membuatnya jadi buruan banyak orang terjadi karena didorong hasrat untuk dikagumi dan dihargai oleh orang lain.

"Di balik itu semua, biasanya mereka mempunyai perasaan yang mampu beradaptasi sesuai dengan keinginan korbannya," pungkasnya.

Baca juga: Stafsus Wapres Jadi Terlapor Kasus Penipuan, Penyidikan Tetap Berjalan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com