Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu 4 Mata, Putin dan Presiden Ukraina Sepakat Gencatan Senjata

Kompas.com - 10/12/2019, 11:43 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

PARIS, KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sepakat untuk melakukan gencatan senjata pada akhir 2019.

Pernyataan itu terjadi setelah keduanya bertemu empat mata dalam pertemuan tingkat tinggi di Paris, Perancis, Senin (9/12/2019).

Pertemuan itu difasilitasi Presiden Perancis Emmanuel Macron, dan dihadiri pula oleh Kanselir Jerman Angela Merkel.

Baca juga: SBY Minta DK PBB Segera Ambil Keputusan soal Konflik Ukraina-Rusia

Gencatan senjata itu tentu menjadi angin segar di tengah pertempuran antara pemerintah Ukraina dan pemberontak pendukung Rusia.

Perang saudara yang sudah berlangsung selama kurang lebih 5,5 tahun itu sudah menelan korban tewas hingga 13.000 orang.

Sebelumnya, dua negara sudah melakukan agenda pendahuluan dengan pertukaran tawanan, dan penarikan militer Kiev dari tiga posisi di zona depan.

Apa Saja Kesepakatan yang Dicapai?

Dalam pernyataan tertulisnya, Rusia dan Ukraina sepakat untuk melepaskan setiap "tahanan konflik" pada paling lambat akhir tahun.

Kedua belah pihak juga sepakat untuk untuk menarik mundur pasukan dari tiga kawasan di Ukraina pada Maret 2020.

Dilansir BBC, tidak dijelaskan tiga kawasan mana saja yang jadi perhatian Putin dan Presiden Ukraina 41 tahun itu.

Nantinya, agenda tingkat tinggi lanjutan bakal digelar empat bulan mendatang untuk memperkuat kesepakatan gencatan senjata.

Dalam konferensi pers di Champs Elysee, Putin memuji kesepakatan ini sebagai "batu pijakan penting" guna menurunkan konflik.

Meski begitu, Kiev dan Moskwa masih tak bersepakat soal penarikan tentara yang disokong Rusia, maupun pemilihan di area yang dikuasai separatis.

Putin juga menyerukan kepada Kiev supaya mereka memberikan status khusus bagi Region Donbass, yang berada dalam cengkeraman pemberontak.

Zelensky telah menegaskan, dirinya tidak berniat untuk memberikan konsesi wilayah hanya demi perjanjian damai.

Dalam pernyataannya, Macron mengakui bahwa belum ada solusi konkret yang tercipta. "Namun kami bergerak maju. Ini perubahannya," terangnya.

Baca juga: Bicarakan Krisis Ukraina dan Suriah, Menlu AS Kunjungi Rusia

Kisah Singkat Janji Perdamaian Zelensky

Zelensky, pelawak yang naik menjadi orang nomor satu di Ukraina pada April, berjanji bakal membawa perdamaian di kawasan timur.

Strateginya adalah berusaha memulihkan dialog dengan Kremlin. Karena itu, dia pun memilih sepakat dengan syarat yang diajukan Rusia.

Di antaranya adalah menarik mundur militer Ukraina yang ditempatkan di Stanytsia Luhansk, Petrivske, dan Zolote.

Juni lalu, pemberontak dan tentara pemerintah dilaporkan mundur sejauh satu kilometer dari Stanytsia Luhansk.

Kemudian akhir Oktober, mereka mundur dari Zolote, dan di awal November, mereka dilaporkan mulai menarik diri dari Petrivske.

Baca juga: Krisis Ukraina dan ISIS Dominasi KTT NATO

Pakar intelijen negara Barat dan NATO berulang kali Rusia sengaja mengirim persenjataan berat untuk membantu separatis.

Moskwa membantah tuduhan tersebut. Tetapi di sisi lain, mereka mengakui jika ada "relawan" yang mengulurkan tangan kepada pemberontak.

September lalu, Zelensky menuai pujian karena melakukan pertukaran tahanan dengan Moskwa, langkah yang disebutnya "kemenangan setelah menelepon Putin.

Tapi, dia juga mendapat kecaman karena menyetujui perjanjian 2016 berisi pemberian status istimewa bagi Donbass.

"Formula Steinmeier" menjabarkan mengenai pemilihan yang adil dan merdeka berdasarkan undang-undang Ukraina.

Nantinya, pemilu itu bakal diverifikasi Organisasi Kerja Sama dan Keamanan Eropa (OSCE), dengan pemenang bakal mendapat otonomi khusus.

Baca juga: Krisis Ukraina Ubah Doktrin Militer Rusia

Sejarah Singkat Konflik

Kelompok pemberian pro-Rusia mencaplok sebagian besar Donetsk dan Luhansk pada April 2014, setelah Rusia merebut Semenanjung Crimea.

Aksi itu terjadi setelah terjadi "Revolusi Maidan", di mana aksi protes yang terjadi Kiev menggulingkan Presiden Viktor Yanukovych.

Kelompok separatis kemudian mendirikan negara yang merdeka dari Ukraina. Tapi hingga saat ini, dunia tak mengakui mereka.

Baca juga: NATO Persiapkan Pasukan Gerak Cepat Terkait Krisis Ukraina

Berikut linimassa singkat perjalanan konflik pemberian pro-Rusia dan Ukraina:

  • Maret 2014: Pasukan Rusia mencaplok Crimea setelah Presiden Yanukovych dilengserkan, meruncingkan ketegangan Barat-Timur sejak era Perang Dingin, di mana AS dan Uni Eropa menjatuhkan sanksi keras kepada Rusia.
  • April 2014: Kelompok pemberontak pro-Rusia menyerang dan menduduki Region Donbass dan Luhansk dekat perbatasan Rusia. Kiev kemudian mengirim pasukan sebagai respons.
  • September 2014: NATO menyatakan bahwa pasukan maupun persenjataan berat Rusia sudah memasuki kawasan timur Ukraina.
  • November 2018: Tiga kapal perang Ukraina dicegat dan ditahan Rusia di Selat Kerch dekat Crimea. Ukraina menyebutnya agresi dari Rusia, dan bersikukuh bahwa Laut Hitam adalah jalur perdagangan yang bebas.
  • April-Juli 2019: Volodymyr Zelensky menorehkan kejutan dengan memenangkan pemilihan presiden, menumbangkan petahana Petro Poroshenko.
  • September 2019: Rusia dan Ukraina saling bertukar tawanan, terjadi di tengah sorotan pendudukan Crimea dan status Donbass oleh pemberontak.
  • November 2019: Rusia mengumumkan mereka bakal mengembalikan tiga kapal perang yang pernah mereka tawan di Selat Kerch.

Baca juga: Obama Melawat ke Polandia di Tengah Krisis Ukraina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com