Zelensky, pelawak yang naik menjadi orang nomor satu di Ukraina pada April, berjanji bakal membawa perdamaian di kawasan timur.
Strateginya adalah berusaha memulihkan dialog dengan Kremlin. Karena itu, dia pun memilih sepakat dengan syarat yang diajukan Rusia.
Di antaranya adalah menarik mundur militer Ukraina yang ditempatkan di Stanytsia Luhansk, Petrivske, dan Zolote.
Juni lalu, pemberontak dan tentara pemerintah dilaporkan mundur sejauh satu kilometer dari Stanytsia Luhansk.
Kemudian akhir Oktober, mereka mundur dari Zolote, dan di awal November, mereka dilaporkan mulai menarik diri dari Petrivske.
Baca juga: Krisis Ukraina dan ISIS Dominasi KTT NATO
Pakar intelijen negara Barat dan NATO berulang kali Rusia sengaja mengirim persenjataan berat untuk membantu separatis.
Moskwa membantah tuduhan tersebut. Tetapi di sisi lain, mereka mengakui jika ada "relawan" yang mengulurkan tangan kepada pemberontak.
September lalu, Zelensky menuai pujian karena melakukan pertukaran tahanan dengan Moskwa, langkah yang disebutnya "kemenangan setelah menelepon Putin.
Tapi, dia juga mendapat kecaman karena menyetujui perjanjian 2016 berisi pemberian status istimewa bagi Donbass.
"Formula Steinmeier" menjabarkan mengenai pemilihan yang adil dan merdeka berdasarkan undang-undang Ukraina.
Nantinya, pemilu itu bakal diverifikasi Organisasi Kerja Sama dan Keamanan Eropa (OSCE), dengan pemenang bakal mendapat otonomi khusus.
Baca juga: Krisis Ukraina Ubah Doktrin Militer Rusia
Kelompok pemberian pro-Rusia mencaplok sebagian besar Donetsk dan Luhansk pada April 2014, setelah Rusia merebut Semenanjung Crimea.
Aksi itu terjadi setelah terjadi "Revolusi Maidan", di mana aksi protes yang terjadi Kiev menggulingkan Presiden Viktor Yanukovych.
Kelompok separatis kemudian mendirikan negara yang merdeka dari Ukraina. Tapi hingga saat ini, dunia tak mengakui mereka.
Baca juga: NATO Persiapkan Pasukan Gerak Cepat Terkait Krisis Ukraina
Berikut linimassa singkat perjalanan konflik pemberian pro-Rusia dan Ukraina:
Baca juga: Obama Melawat ke Polandia di Tengah Krisis Ukraina
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.