Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Prediksi PM Inggris Boris Johnson akan Raih Kemenangan Mayoritas

Kompas.com - 28/11/2019, 17:25 WIB
Ericssen,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber The Sun

LONDON, KOMPAS.com – Sebuah hasil survei memprediksi Perdana Menteri Inggris bakal meraih kemenangan mayoritas dalam pemilu 12 Desember mendatang.

Survei dari lembaga riset YouGov yang dirilis Rabu (27/11/2019) memproyeksikan, Partai Konservatif pimpinan Johnson bakal meraup 359 kursi parlemen, di mana mereka bakal jadi mayoritas dengan 68 kursi lebih banyak.

Angka tersebut melesat 42 kursi, dibandingkan ketika Tory, julukan Partai Konservatifk, menggamit perolehan saat ini sebesar 317 kursi.

Baca juga: Boris Johnson: Saya Lebih Baik Mati daripada Menunda Brexit

YouGov dikenal karena berhasil memprediksi pemilu 2017, di mana mereka meyakini Perdana Menteri Inggris saat itu, Theresa May, bakal kehilangan mayoritas suara di parlemen.

Oposisi dari Partai Buruh diprediksi bakal keluar dengan raihan sangat kursi. Yakni hanya mendapat 211 kursi, yang berarti mereka kehilangan 51 kursi dari hasil saat ini, 262.

Jika survei tersebut sesuai, maka pemerintahan mayoritas Johnson mampu mewujudkan ambisinya untuk segera mengeksekusi perceraian Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

Konservatif juga akan meraih hasil terbaik pemilu sejak pemilu 1987, yaitu ketika pemimpin partai dijabat oleh Perdana Menteri Margaret Thatcher.

Terkikisnya Dukungan Buruh di Daerah Industrial

Strategi Johnson untuk membidik kursi parlemen di daerah Utara dan Midlands Inggris berjalan sukses jika mengacu pada survei ini.

Kursi yang diincar berada di daerah industrial, dan selama ini merupakan basis Partai Buruh dengan dukungan dari pekerja kerah biru.

Namun, dukungan itu mulai terkikis sejak Referendum Brexit 2016. Daerah ini memilih bercerai dari Uni Eropa dengan jumlah suara tinggi.

Janji Partai Buruh untuk menghelat referendum kedua jika menang malah memicu kemarahan pemilih kerah biru, pendukung loyal yang memilih mereka selama puluhan tahun.

Sebabnya, mereka menginginkan Brexit yang sudah berlarut-larut dan membelah Inggris selama 3,5 tahun untuk segera dieksekusi.

Selain itu, sosok pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn, yang sangat tidak populer juga menjadi faktor berubahnya peta dukungan pemilih tradisional itu.

Baca juga: Boris Johnson Ultimatum Pemilu Dini Jika Parlemen Halangi No Deal Brexit

Johnson yang merupakan arsitek utama Brexit menyasar pemilih ini, dengan janji dia akan mengeksekusi sebelum Tahun Baru 2020.

Halaman:
Sumber The Sun
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com