"Ini merupakan potongan bukti penting mengenai dokumentasi pelanggaran HAM yang menjijikkan," kata Richardson.
Dia menuturkan, mereka yang ditahan dijadikan subyek penyiksaan psikologis. Sebab, mereka tak tahu bakal berapa lama di sana.
Memo itu menunjukkan bagaimana para tahanan baru dilepaskan jika menunjukkan perubahan dalam perilaku, bahasa, hingga kepercayaan.
"Tunjukkan betapa berbahayanya bagi para siswa mengenai ilegal, berbahaya, dan jahatnya perilaku masa lalu mereka," ujar memo itu.
Ben Emmerson QC, pengacara HAM sekaligus penasihat Kongres Uighur Dunia, berujar bahwa kamp itu berusaha mengubah identitas seseorang.
"Sangat sulit tak melihatnya sebagai sebagai skema cuci otak massal yang didesain dan diarahkan ke keseluruhan etnis," papar Emmerson.
Dia menegaskan, kamp penjara itu secara khusus digunakan untuk menyapu Muslim Uighur dari Xinjiang sebagai bagian kultural yang berbeda di bumi ini.
Baca juga: Diduga Terlibat Penindasan Uighur, 28 Entitas China Masuk Daftar Hitam AS
Dalam dokumen bocor itu, setiap penghuni bakal mendapat poin jika menunjukkan perubahan perilaku, studi, hingga disiplin.
Sistem punishment-and-reward itu dilakukan untuk menentukan tahanan mana yang boleh bertemu keluarganya atau dilepaskan.
Mereka baru dipertimbangkan untuk dibebaskan setelah empat anggota Partai Komunis China melihat perubahan dalam diri mereka.
Laporan itu menyebutkan bagaimana Beijing menggunakan pengawasan dan kebijakan program prediksi untuk menganalisis data pribadi.
Baca juga: China Dituding Ambil dan Jual Organ dari Umat Muslim Uighur yang Ditahan
Satu dokumen menyatakan, terdapat 1,8 juta orang ditandai karena mereka mempunyai aplikasi berbagi data bernama Zapya.
Otoritas memerintahkan agar 40.557 di antaranya "dicek satu per satu", dengan peluang untuk dikirim ke kamp konsentrasi.
Laporan itu juga menunjukkan bagaimana Beijing meminta supaya melacak orang Uighur yang sudah berstatus warga negara lain dan menangkap mereka jika perlu.
Duta Besar China untuk Inggris, Liu Xiamong, menegaskan, langkah itu sudah melindungi warga lokal, dan mengklaim tak ada aksi teroris di Xinjiang dalam tiga tahun terakhir.
"Kawasan itu pun menikmati stabilitas sosial dan persatuan di antara kelompok etnis. Orang-orang di sana bahagia karena aman," paparnya.
Liu pun mengecam adanya usaha negara Barat untuk mencampuri urusan internal maupun usaha kontra-terorisme di Xinjiang.
Baca juga: Kunjungi Kamp Uighur di China, Menteri Urusan Agama Malaysia Dikecam
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.