Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Paus Fransiskus Mendarat di Jepang dengan Membawa Pesan, Apa Itu?

Kompas.com - 23/11/2019, 17:32 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

TOKYO, KOMPAS.com - Paus Fransiskus dilaporkan sudah mendarat di Jepang, di mana dia bakal menyampaikan pesan perdamaian tentang anti-nuklir.

Paus asal Argentina itu sudah lama berharap bisa mengabdi di Negeri "Sakura", di mana dia sempat ingin menjadi misionaris di sana.

Dilansir AFP Sabtu (23/11/2019), Paus Fransiskus tiba di Jepang, dan turun dari pesawat Thai Airways di tengah cuaca buruk.

Baca juga: Paduan Suara Muslim Thailand Lantunkan Doa Perdamaian untuk Paus Fransiskus

Pakaian kepausannya berkibar di tengah hujan lebat dan angin kencang, setelah Paus menunaikan kunjungan pertamanya di Thailand.

Kunjungannya di sana bakal dimulai dengan bertolak menuju Nagasaki serta Hiroshima, kota yang menderita bom atom.

Di sana, sekutu menjatuhkan dua bom atom di sana di akhir Perang Dunia II, dan membunuh setidaknya 74.000 dan 140.000.

Dalam pesan video sebelum dia meninggalkan Vatikan, Paus Fransiskus menyerukan betapa "tidak bermoralnya" senjata nuklir.

"Bersama dengan kalian, saya berdoa semoga kekuatan merusak dari senjata nuklir tidak akan pernah dilepaskan lagi," katanya.

Selama di Thailand sejak Rabu (20/11/2019), Paus dengan nama asli Jorge Mario Bergoglio itu membawa pesan toleransi dan perdamaian antar-agama.

Dia diyakini bakal melakukan hal sama di Jepang, negara dengan populasi umat Katolik mencapai 440.000 dari 126 juta.

Mayoritas penduduk Jepang menganut Shinto-Buddha. Namun, tidak jarang juga ditemukan ornamen Natal di sejumlah tempat.

Kristiani menghadapi penyiksaan selama beradab-abad sejak diperkenalkan oleh Imam Jesuit Spanyol pada 1549 silam.

Pada abad 17, Jepang tertutup bagi dunia luar, dengan Kristiani mendapatkan penyiksaan hingga pembunuhan jika tidak berpaling dari keyakinan mereka.

Ketika Negeri "Sakura" terbuka kembali di pertengahan abad 19, para misionaris terkejut masih ada 60.000 yang hidup.

Mereka semua tetap mempertahankan iman mereka, tetapi pada praktiknya menggabungkan Katolik dengan kultur Jepang.

Halaman:
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com