Namun, status itu justru dianggap sebagai penghalang, Banyak yang menganggap politisi berdarah Malta itu tak berpengalaman meski menyukai sosoknya.
Satu-satunya pengalaman politiknya adalah memimpin South Bend, kota yang hanya berpopulasi lebih kurang 100.000 jiwa penduduk.
Menjabat selama dua periode sejak 2011 silam, Buttigieg bakal meletakkan jabatannya pada 1 Januari 2020.
Selain pengalaman, tantangan lain yang dihadapinya adalah memenangkan suara Afro-Amerika, blok pemilih Demokrat yang selalu jadi kunci di primary.
Hingga saat ini, Buttigieg masih berjibaku dalam mengamankan dukungan kalangan kulit hitam. Perolehannya adalah satu digit di level nasional.
Orientasi seksual yang gay dipandang sebagai masalah besar. Pasalnya, pemilih kulit hitam lebih konservatif dan keberatan jika mendukung politisi gay.
Kemudian, pemecatan terhadap Kepala Polisi South Bend yang berkulit hitam pada 2012, dan penembakan polisi berkulit putih terhadap warga kulit hitam adalah kendala lain.
Hal krusial lain adalah kemampuan mengalahkan Trump, yang merupakan salah satu pertimbangan utama elektoral Demokrat menentukan siapa yang akan mereka pilih.
Sejauh ini, petahana masih unggul meyakinkan di sejumlah survei ketika dihadapkan dengan skenario Buttigieg sebagai penantangnya dalam Pilpres AS 2020.
Baca juga: Hacker Iran Diklaim Targetkan Kampanye Trump dalam Pilpres AS 2020
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.