Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/11/2019, 11:55 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengaku mengembalikan surat yang ditulis Presiden AS Donald Trump ketika berkunjung ke Washington.

Relasi dua negara tengah merenggang karena berbagai isu. Terbaru adalah ketika Ankara melancarkan serangan terhadap milisi Kurdi di Suriah.

Trump memerintahkan penarikan pasukan AS yang dianggap sebagai lampu hijau bagi Turki untuk mengeksekusi Operation Peace Spring.

Baca juga: Turki Beli Sistem Rudal S-400 Rusia, Trump Akan Tanya Erdogan

Tetapi, presiden berusia 73 tahun itu kemudian mencoba meredakan suasana dengan menulis surat kepada Erdogan, dan memintanya menghindari pertumpahan darah.

"Jangan menjadi pria yang keras. Jangan menjadi bodoh," tulis Trump kepada Erdogan, sebagaimana diberitakan AFP Rabu (13/11/2019).

Laporan awal mengindikasikan bahwa sang Presiden Turki tak hanya mengabaikan surat itu, tetapi juga membuangnya ke tempat sampah.

Namun dalam konferensi pers gabungan yang dihelat di Gedung Putih, Erdogan kemudian mengungkapkan bahwa dia mengembalikan sendiri suratnya.

Meski begitu, presiden dari Partai Republik tersebut bersikeras hubungannya baik-baik saja. "Kami berteman dalam waktu lama," katanya.

Rudal Rusia

Selain operasi militer atas Kurdi, isu lain yang diangkat adalah keputusan Erdogan yang membeli sistem rudal S-400 dari Rusia.

Washington kemudian merespons dengan mengeluarkan Turki dari jet tempur F-35, di mana Erdogan kemudian mengancam bakal membeli pesawat dari Negeri "Beruang Merah".

"Saya berharap kami bisa menyelesaikan situasi ini," tutur Trump dalam konferensi pers tanpa memberi penjelasan lebih lanjut.

Tapi, Kongres AS nyatanya tidak terlalu senang dengan Turki, meski Trump mengundang sejumlah politisi Republik untuk bertemu Erdogan.

Oktober kemarin, House of Representatives meloloskan resolusi berisi pengakuan akan pembantaian yang dilakukan Kesultanan Ottoman terhadap Armenia.

Ankara pun berulang kali membantah telah melakukan genosida, dengan menyebut Armenia adalah satu dari sekian banyak korban Perang Dunia I.

Bahkan Erdogan menyambut dengan geram dalam pertemuan di Gedung Putih, di mana resolusi itu bakal memberikan "bayangan kelam".

Baca juga: Erdogan Ancam Buka Eropa bagi Pengungsi jika Tak Dapat Dukungan Internasional

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com