Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Parlemen Bubar, Inggris Gelar Pemilu Dini 12 Desember

Kompas.com - 07/11/2019, 08:22 WIB
Ericssen,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber Daily Mail

LONDON, KOMPAS.com – Publik Inggris Raya akan kembali ke bilik suara guna menggunakan hak pilihnya setelah pemilu dini parlemen dipastikan digelar 12 Desember mendatang.

Kabar itu terjadi setelah Perdana Menteri Boris Johnson ke Istana Buckingham untuk memberi tahu Ratu Elizabeth II bahwa parlemen dibubarkan.

Dilaporkan Daily Mail, parlemen resmi bubar pada Rabu (6/11/2019), dan menjadi yang ketiga dalam selang waktu 4,5 tahun terakhir.

Baca juga: Jika Brexit Terwujud, Bagaimana Dampaknya ke Ekonomi Inggris?

Johnson dilaporkan bakal kembali ke kediamannya di 10 Downing Street untuk menyampaikan pidato singkat, di mana malamnya dia akan meluncur ke acara perdana kampanye Partai Konservatif.

Pemilu Brexit

Pemilu yang tak biasa karena digelar menjelang liburan Natal ini tidak terbendung setelah parlemen akhirnya menyetujui permintaan Johnson minggu lalu untuk menggelar pemilu dini.

Sebelumnya, parlemen yang dimotori kubu oposisi Partai Buruh dan Partai Liberal Demokrat tiga kali menolak RUU Pemilu Dini yang diajukan Johnson.

PM berusia 55 tahun itu memutuskan menggelar pemilu dini untuk membentuk pemerintahan mayoritas guna meloloskan kesepakatan Brexit yang dicapai dengan Uni Eropa.

Kesepakatan Brexit yang dicapai sebelum tenggat waktu 31 Oktober lalu gagal di parlemen karena pemerintahan Johnson bukan merupakan mayoritas.

Akibat penolakan itu, Inggris terpaksa menunda perceraian dengan Uni Eropa, dengan tenggat waktu terbaru yang diberikan adalah perpanjangan hingga 31 Januari.

Karena itum pemilu pertama pada Desember sejak 1923 silam ini bakalan didominasi isu Brexit yang sudah membelah Inggris sejak Referendum 2016.

Johnson pun meminta para pemilih memberikannya kemenangan. Dia ingin memastikan London bakal keluar sebelum Tahun Baru 2020.

Sementara itu, pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn berjanji bakal menggelar referendum kedua untuk memutuskan masa depan keanggotaan Inggris di aliansi Benua Biru tersebut.

Johnson telah melancarkan kritikannya kepada posisi politik Corbyn yang menurutnya hanya akan terus menunda keluarnya Inggris, dan telah meningkatkan suhu politik setempat.

Partai Konservatif memng unggul sekitar 12 poin dari Parti Buruh. Namun hasil pemilu diprediksi bakal sulit dibaca.

Sebab, isu Brexit telah mengikis loyalitas tradisional baik kepada Konservatif maupun Buruh yang menguasai perpolitikan Inggris dalam seratus tahun terakhir.

Baca juga: Brexit Bisa Buat Lionel Messi Kesulitan Masuk ke Inggris

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Daily Mail
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com